Yang jelas, bagi saya, pertandingan uji coba ini hanyalah sebuah koma. Belum titik. Ada kelanjutannya. Artinya, mau ngomong apapun sekarang, pembuktiannya nanti.
Semisal bicara menyimpulkan bahwa dengan hasil uji coba ini, sudah ketahuan nasib Indonesia di Piala Asia 2023 nanti bakal kayak apa. Eh ternyata Timnas Indonesia mampu tampil bagus dan lolos ke babak 16 besar.
Bila begitu mau ngomong apa? Apa iya bicara pencapaian itu hanya kebetulan. Lha wong lawannya tim-tim raksasa Asia.
Pun, bila bicara memaklumi penampilan timnas karena baru laga uji coba dan pede timnas bakal panas di turnamen sesungguhnya, tapi ternyata masih tampil butut, mau bicara apa lagi?
Dan memang, di ranah sepak bola, tidak ada rumus yang pasti bahwa tim yang meraih hasil bagus di laga pemanasan baik itu uji coba maupun kualifikasi, lantas tmapil bagus dan juara di turnamen sesungguhnya.
Tengok Timnas Inggris di Piala Dunia 2022 lalu. Inggris tidak terkalahkan di babak kualifikasi. Ketika main di turnamen sesesungguhnya, mereka masih begitu saja (terhenti di babak perempat final).
Atau yang paling famous dalam sejarah bola adalah penampilan Kolombia di Kualifikasi Piala Dunia 1994.
Mereka tampil gagah dan mengungguli Argentina. Yang terjadi di Piala Dunia 1994 adalah tragedi. Kolombia pulang cepat dari Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Lantas setelahnya, pemain mereka, Andres Escobar ditembak mati, diduga karena gol bunuh diri yang ia buat di Piala Dunia itu.
Ada pula cerita lainnya. Bahwa hasil buruk dalam persiapan menuju turnamen resmi, bisa berakibat hilangnya jabatan pelatih.
Itu yang dialami Pelatih Timnas Jerman, Hans Dieter Flick. Imbas performa buruk Jerman menuju Piala Eropa 2024 (Jerman tuan rumah), Hansi Flick yang pernah membawa Bayern Munchen meraih semua piala, dipecat sebelum turnamen digelar tahun ini.
Kembali ke Timnas Indonesia, kita tahu, Indonesia akan kembali bertemu Libya di laga re-match pada Jumat (5/1) malam.