Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tembus Final Setelah 2,5 Tahun, Bukti Fajar/Rian Masih Ada

27 Maret 2022   18:04 Diperbarui: 27 Maret 2022   18:07 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia, Fajar Alfian (kanan) dan Muhammad Rian Ardianto, lolos ke final Swiss Open 2022/Kompas.com


Keberhasilan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto menembus final turnamen Swiss Open 2022, memiliki banyak makna.

Fajar dan Rian memberi pesan jelas kepada badminton lovers di Indonesia dan juga PBSI, bahwa mereka masih ada.

Mereka membuktikan masih salah satu ganda putra terbaik yang dimiliki Indonesia ketika sebagian orang menganggap mereka mentok dan sulit berkembang.

Dalam dua tahun terakhir, pamor pasangan yang sudah bisa dianggap senior ini memang sempat tenggelam karena penampilan angin-anginan. Apalagi, regenerasi ganda putra di pelatnas berjalan sukses.

Nama mereka kalah pamor oleh melejitnya para juniornya.

Sebut saja pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan yang mencuri perhatian dunia sejak tahun lalu. Dan tahun ini, Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana tampil sebagai juara All England 2022.

Fajar dan Rian ibarat pegawai kantoran yang karena potensinya, sempat dianggap sebagai calon leader.

Namun, seiring waktu, keduanya lantas terlupakan oleh kehadiran pegawai baru yang berusia lebih muda, segar, dan memiliki potensi unggul.

Fajar/Rian pernah menjadi salah satu dari tiga ganda putra terbaik di Indonesia

Ya, sekira empat atau lima tahun lalu, nama Fajar Alfian (27 tahun) dan Rian Ardianto (26 tahun) sempat tenar di Pelatnas PBSI.

Mereka digadang-gadang sebagai salah satu dari tiga ganda putra terbaik di Indonesia selain Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Tahun 2018 silam, ketika para juniornya masih belum muncul di level senior, mereka sudah meraih dua gelar BWF World Tour, Malaysia Masters Super 500 dan Syeh Modi International Super 300.

Padahal, lawannya bukan sembarangan. Di final Malaysia Masters 2018, Fajar/Rian mengalahkan ganda Malaysia finalis Olimpiade 2016, Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Lalu di final Syed Modi mengalahkan ganda rising star India yang kini masuk 10 besar dunia, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.

Di tahun inipula, Fajar/Rian menjadi finalis Asian Games 2018. Mereka kalah dari Marcus/Kevin lewat pertarungan rubber game dramatis di final.

Pesona Fajar/Rian semakin mantap di tahun 2019. Di bulan Maret 2019, mereka tampil sebagai juara Swiss Open Super 300 usai mengalahkan ganda kuat Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-lin.

Kesuksesan Fajar/Rian ini juga menjadikan Fajar/Rian sebagai ganda putra kedua Indonesia yang bisa juara di Swiss Open sejak turnamen ini digelar tahun 1955. Mereka mengikuti jejak sukses Candra Wijaya/Sigit Budiarto saat juara di tahun 2005.

Lantas, di bulan Agustus, mereka tampil oke di BWF World Championship alias Kejuaraan Dunia yang merupakan turnamen individu tertinggi setelah Olimpiade. Fajar/Rian meraih medali perunggu.

Dan di bulan September, mereka jadi juara Korea Open Super 500 usai mengalahkan ganda terkuat Jepang saat itu, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda di final.

Namun, siapa sangka, gelar di Korea Open 2019 itu justu menjadi yang terakhir bagi Fajar/Rian. Selepas itu, mereka justru kering prestasi. Penampilan mereka naik turun.

Bahkan, lawan-lawan yang dulunya pernah mereka kalahkan, malah semakin berkembang pesat. Sementara Fajar/Rian malah seperti jalan di tempat.

Kita tahu, Lee Yang/Wang Chi-lin yang mereka kalahkan di final Swiss Open 2019, lantas meraih medali emas Olimpiade 2020 pada tahun lalu.

Sementara Rankireddy (21 tahun) dan Shetty (24 tahun) kini sudah ada di ranking 7 dunia, imbas prestasi apik mereka di BWf World Tour. Ganda India ini menyalip Fajar/Rian yang kini ada di ranking 9 dunia.

Bahkan, bila bicara ranking, itu sama saja seperti menyindir Fajar/Rian. Sebab, meski masuk ranking 10 besar dunia, tetapi penampilan mereka angin-anginan. Jarang masuk babak penting. Apalagi juara.

Swiss Open jadi momentum move on Fajri

Karenanya, keberhasilan lolos ke final Swiss Open menjadi momentum move on bagi karier Fajri--sebutan Fajar/Rian.

Terlebih, mereka sempat babak belur di dua turnamen BWF World Tour yang digelar di bulan Maret ini. Fajar/Rian gagal di German Open dan All England.

Andai mereka juga gagal di Swiss Open sementara juniornya meraih sukses, entah apa kata badminton lovers di Indonesia perihal penampilan mereka.

Tapi, Fajar/Rian benar-benar ingin move on di Swiss Open. Penampilan mereka lebih oke ketimbang saat tersingkir cepat di All England pekan lalu.

Tadi malam, Sabtu (26/3), Fajar/Rian yang menjadi unggulan 4, tembus ke final usai mengalahkan ganda Malaysia unggulan 2, Aaron Chia/Soo Wooi Yik lewat kemenangan rubber game.

Pertandingan ini cukup mendebarkan. Utamanya di game pertama. Fajar/Rian beberapa kali melakukan error ketika mendapat kesempatan service.

Tapi, itu mereka tutupi dengan penampilan menyerang. Fajar sigap di depan net. Rian smashnya kencang dan beberapa kali mendapat poin. Fajar/Rian menang 22-20 di game pertama.

Namun, Aaron Chia/Wooi Yik lantas mengambil game kedua dengan kemenangan 21-13. Pertandingan pun harus ditentukan di game ketiga. Rubber game.

Di game penentuan inilah, Fajar/Rian tampil on fire. Harapan ke final membuat mereka menggila di lapangan. Serangan mereka mantap. Pertahanan mereka solid. Mereka mampu unggul telak 21-8.

Ini merupakan kemenangan perdana Fajar/Rian atas Chia/Wooi Yik. Sebelumnya, dalam tiga kali pertemuan, Fajar/Rian selalu kalah dari pasangan peraih medali perunggu Olimpiade 2020 itu.

Skenario All Indonesian Final kandas, kembali jumpa ganda Malaysia

Di final Swiss Open 2022 yang dimainkan di Kota Basel, Minggu (27/3) malam, Fajar/Rian akan kembali menghadapi wakil Malaysia, yakni  Goh Sze Fei/Nur Izzuddin.

Sebelumnya, Indonesia sebenarnya berpeluang menciptakan All Indonesian Final seperti di All England akhir pekan lalu.

Sebab, pasangan muda, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan juga tampil di semifinal.

Namun, Pramudya/Yeremia kalah dari Goh Sze Fei/Nur Izzuddin 18-21, 18-21 dalam 36 menit. Defense yang kuat dari Goh Sze/Nur kerap gagal ditembus Pramudya/Yeremia.

Lalu, bagaimana peluang Fajar/Rian di final?

Bila mengacu dari hasil pertemuan kedua pasangan alias head to head, Fajar/Rian unggul 3-1 dari empat kali pertemuan melawan pasangan Malaysia yang sedang naik daun ini.

Tapi, di pertemuan terakhir di perempat final Denmark Open 2021, Fajar/Rian kalah 18-21, 17-21.

Penampilan Goh/Nur yang sama-sama berusia 24 tahun, kini juga sedang oke. Awal Maret lalu, mereka menjadi juara German Open Super 300.

Meski begitu, Fajar/Rian punya modal bagus. Selain pernah juara di Swiss Open, mereka juga sudah dua kali mengalahkan ganda putra Malaysia.

Sebelum mengalahkan ganda terkuat Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik di semifinal, Fajar/Rian menyingkirkan ganda kuat Malaysia lainnya, Ong Yew Sin/te Ee Yi di perempat final.

Fajar/Rian mengalahkan ganda Malaysia unggulan 6 itu lewat rubber game 21-12, 9-21, 22-20. Kemenangan di perempat final itulah yang menjadi momentum melonjaknya penampilan mereka hingga lantas menang di semifinal.

Badminton lovers Indonesia tentu berharap, Fajar/Rian bisa juara. Dan itu akan menjadi cerita sempurna bagi ganda putra Indonesia yang mampu juara beruntun.

Sudah masuk ke final, tinggal selangkah lagi untuk jadi juara. Siapa tahu, Fajar/Rian memang berjodoh dengan Swiss Open. Salam.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun