Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menyaksikan Ricky Kambuaya, Serasa Melihat Aura Ricky Kaka

31 Januari 2022   17:35 Diperbarui: 31 Januari 2022   22:31 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyaksikan pertandingan uji coba internasional Timnas Indonesia melawan Timor Leste di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali, Minggu (30/1) malam, kita serasa menonton pertunjukan dengan lakon utama bernama Ricardo "Ricky" Kambuaya.

Ricky Kambuaya (25 tahun) menjadi pemain paling menonjol di pertandingan yang berakhir 3-0 untuk kemenangan Tim Garuda tersebut. Pemain kelahiran Sorong, Papua ini mencetak satu assist dan satu gol.

Beberapa menit setelah peluit kick off ditiup oleh wasit, Kambuaya nyaris membuka keunggulan Indonesia. Dia tiba-tiba masuk di kotak penalti Timor-Leste, meliuk-liuk mengecoh bek lawan. Namun, sepakannya masih bisa diamankan kiper Timoer-Leste.

Lalu, di menit keenam, Kambuaya mengirimkan umpan terobosan keren. Tahu Terens Puhiri seorang pelari cepat, dia menyodorkan bola yang membuat Puhiri menang lari dari bek-bek lawan.

Koneksi Papua itulah yang menjadi awal gol pertama untuk Indonesia. Umpan pemain kelahiran Sorong, diselesaikan pemain kelahiran Jayapura.

Indonesia menutup babak pertama dengan skor 2-0.

Lagi-lagi, pemain asal Papua menjadi pembeda. Ramai Rumakiek, winger kelahiran Jayapura, mencetak gol luar biasa. Ramai (19 tahun) kembali memperlihatkan kualitasnya sebagai salah satu penyerang sayap masa depan Indonesia.

Di babak kedua, ketika hampir 30 menit tanpa gebrakan, Kambuaya mendadak menggebrak.

Dia menggiring bola dari tengah lapangan. Memacu kecepatan larinya, melewati pemain-pemain Timor-Leste, lantas menaklukkan kiper lawan lewat finishing kalem. Indonesia pun unggul 3-0. Dan itu menjadi skor laga tersebut.

Teladan Kambuaya

Di pertandingan tadi malam, Kambuaya yang dimainkan sebagai holding midfielder bersama rekannya di Persebaya, Rahmat Irianto, memberi teladan kepada pemain-pemain Timnas di era sekarang.

Teladan tentang etos kerja, kegigihanm dan fighting spirit yang membuatnya menjadi pemain kesayangan Pelatih Shin Tae-yong.

Di laga ini, coach Shin melakukan enam pergantian di starting XI dibandingkan saat melawan Timor-Leste pada tiga hari sebelumnya. Beberapa pemain inti di laga pertama seperti Evan Dimas, Irfan Jaya, Edo Febriansyah, dan Dedik Setiawan, 'tergusur'.

Tapi tidak dengan Kambuaya. Posisinya sebagai mesin serangan di lini tengah Indonesia, tidak tergantikan.

Dan, Kambuaya membayar kepercayaan Shin Tae-yong dengan permainan berkelas.

Ketika beberapa pemain permainannya nampak menurun dibandingkan dengan yang mereka perlihatkan di Piala AFF lalu, Kambuaya tetap konsisten. Dia kembali mencetak gol seperti melawan Timor-Leste 27 Januari lalu.

Dia tak pernah main loyo. Istilah Suroboyo, dia anti bermain klemar-klemer. Sebaliknya, permainannya di lapangan selalu bertenaga. Penuh semangat.

Tahu-tahu ada di kotak penalti lawan, lantas membantu pertahanan. Bahkan, meski posisinya sebenarnya agak ke dalam, dia mampu mencipta assist dan mencetak gol.

Tidak hanya soal permainan, penampilan Kambuaya seperti menjadi tutorial bagaimana pemain bintang harus bersikap di lapangan.

Meski mendapatkan banyak puja-puja selepas penampilan hebatnya di Piala AFF lalu, Kambuaya tidak berubah. Dia tidak neko-neko. Tetap kalem di lapangan. Kalem tapi mematikan.

Melihat Kambuaya, kita serasa melihat kembali pemain karismatik di Timnas.

Seperti dulu kita melihat gelandang elegan yang juga mantan kapten Timnas, Fachry Husaini. Atau juga seniornya di Persebaya, Uston Nawawi yang haus gol di timnas. Juga Firman Utina yang jago mencetak gol dari lini kedua pernah didaulat jadi pemain terbaik di Piala AFF 2010.

Serasa melihat Ricky Kaka

Membandingkan pemain Indonesia dengan pemain dunia, mungkin dianggap berlebihan oleh sebagian orang. Tapi, melihat Ricky Kambuaya bermain, saya merasa menyaksikan aura Ricky Kaka di lapangan.

Ada beberapa kesamaan antara Kambuaya dengan pemain Brasil yang merasakan masa keemasan semasa membela AC Milan itu. Keduanya mendadak mencuat di level tertinggi.

Kambuaya adalah gambaran pemain yang menggapai 'sukses dari nol'. Dia tidak ujug-ujug main di klub besar.

Dia bahkan pernah main di Liga 3. Jebolan klub Pro Duta ini pernah main di PS Mojokerto Putra di musim 2017-18. Lantas pindah ke PSS Sleman sebelum hijrah ke Persebaya mulai tahun 2020 lalu.

Ricky Kaka pun begitu. Memang, dia ngetop di Brasil bersama klub Sao Paulo. Namun, ketika ditransfer ke AC Milan, banyak pihak meragukan kemampuannya. Utamanya karena posturnya yang dianggap ringkih, kurang berotot seperti halnya pemain Brasil.

Yang terjadi, Kaka yang diragukan, tampil meledak di Milan. Meraih gelar Scudetto Serie A, Liga Champions, dan menjadi pemain terbaik dunia di tahun 2007.

Sampeyan (Anda) yang melihat Kaka di masa primenya di Milan, bakal takjub. Baginya, bermain bola serasa sederhana. Baginya, seperti mudah saja berlari melewati lawan lantas mencetak gol lewat tendangan jarak jauh.

Nah, gol Kambuaya tadi malam, mirip dengan proses gol Kaka ketika menjebol gawang klub Skotlandia, Glasgow Celtic, di pertandingan leg II babak 16 besar Liga Champions 2007.

Kala itu, di San Siro, di masa tambahan waktu karena kedua tim bermain 0-0 dalam dua leg, di tengah kebuntuan, Kaka lepas.

Dia menggiring bola dari tengah, melewati bek-bek Celtic, lantas mencetak gol. Bola meluncur di sela kaki kiper Celtic. Di tahun itu, Milan jadi juara Liga Champions usai mengalahkan Liverpool 2-1 di final.

Ada kesamaan lain antara Kambuaya dan Kaka. Bila menengok gaya selebrasi Kambuaya usai mencetak gol, itu merupakan foto copy dari selebrasi Kaka yang mendunia.

Kambuaya dan Kaka mengangkat kedua tangan sembari menengadah ke langit. Konon, itu ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena bisa bermain bagus dan mencetak gol.

Kesamaan lainnya, Kambuaya sosok yang kalem di lapangan. Selama berkostum Timnas, sangat jarang kita melihat Kambuaya ngamuk. Bahkan, di Piala AFF lalu, meski dikasari lawan, dia tetap selow.

Emosinya terjaga. Lagi-lagi ini persis seperti Kaka.

Ya, melihat pertandingan Indonesia vs Timor Leste semalam, kita serasa melihat aura Kaka muncul pada diri Kambuaya. Kaka yang sedang dalam masa prime nya. Ah, semoga karier Ricky Kambuaya ke depannya, bisa secemerlang Ricky Kaka. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun