Meminjam istilah di sepak bola Italia, Chanathip diposisikan sebagai trequartista alias pemain yang bermain di belakang dua penyerang dalam skema main 4-3-1-2 Thailand. Dari situ jelas, dia otak permainan Thailand.
Chanathip (28 tahun) inilah yang mencetak dua gol ke gawang Vietnam di semifinal pertama. Bila sampeyan (Anda) menyaksikan cuplikan gol itu, mudah menyebut bila Chanathip ini gelandang yang punya insting mencetak gol.
Dilihat dari postur, Chanathip ini terbilang mungil. Tingginya 158 cm. Tapi, dengan bermain di Liga Jepang J1 League bersama klub Hokkaido Consadole Sapporo, menjadi cerminan kualitasnya.
Simak postingan gelandang legendaris Indonesia, Fakhri Husaini di akun Instagramnya @coachfakhri. Fakhri yang dulu rajin bikin gol dari lini kedua, memuji tiga pemain berwajah bayi tapi mematikan di Piala AFF 2020. Salha satunya Chanathip.
"Nguyen Quang Hai adalah salah satu alasan kenapa saya selalu menantikan laga timnas Vietnam, sama halnya ketika saya juga menantikan penampilan Chanathip Songkrasin bersama Thailand, dan tentu saja Witan Sulaiman bersama Timnas Indonesia. Tiga pemain berwajah bayi, menggemaskan, dengan dribbling menakutkan dan passing mematikan".
Bila yang memberi pujian seorang mantan pemain sehebat Fakhri, tentu pujian itu bukan kaleng-kaleng. Ndak asal bunyi.
Tapi memang, Chanathip ini salah satu gelandang paling hebat yang pernah main di Piala AFF. Faktanya, dalam penampilannya di Piala AFF, dia pernah membawa Thailand dua kali juara di tahun 2014 dan 2016. Bahkan, dia menjadi pemain terbaik (most valuable player) di Piala AFF 2014 dan 2016 tersebut.
Tentu, punggawa lini tengah Indonesia seperti Ricky Kambuaya, Alfeandra Dewangga, juga Rahmat Irianto, punya tugas tidak mudah untuk mematikan kreativitas Chanathip. Semoga, Rahmat Irianto yang mengalami cedera saat melawan Singapura di semifinal kedua, sudah bugar dan siap dimainkan.
Lalu, bagaimana mengisolasi dua pemain berbahaya Thailand ini?
Kuncinya disiplin dan fokus.