Di Piala AFF tahun itu, Indonesia kembali berjumpa Thailand di final yang digelar dengan sistem pertandingan home and away.Â
Di final pertama di Pakansari, Teerasil lagi-lagi bikin gol yang membuat Thailand sempat unggul. Indonesia akhirnya memenangi final pertama 2-1. Sayangnya, Indonesia kalah 0-2 di Bangkok sehingga Thailand jadi juara dengan unggul agregat 3-2.
Piala AFF 2016 ini menjadi momen sempurna bagi Teerasil Dangda. Sebab, selain membawa Thailand juara, dia juga jadi top skor dengan mengemas 6 gol.
Teerasil Dangda sempat tidak dibawa ke Piala AFf 2018 lalu. Thailand punya penyerang Adisak Kraisom yang jadi top skor di turnamen ini dengan 8 gol.
Tapi, tahun ini, Teerasil kembali jadi andalan. Meski Adisak Kraisom juga dibawa ke Piala AFf 2020, tapi Teerasil-lah yang dipilih Pelatih Alexandre Polking sebagai starter.
Sebenarnya, apa kelebihan Teerasil Dangda sebagai striker?
Di usia yang sudah 33 tahun, dia memang tidak lagi memiliki kecepatan lari seperti penyerang muda Singapura, Ikhsan Fandi maupun top skor Indonesia, Irfan Jaya.
Namun, Teerasil ini penyerang murni yang memiliki insting gol tinggi. Peluang kecil bisa dia optimalkan menjadi gol. Penempatan posisinya bagus. Dia juga eksekutor penalti ulung.
Pendek kata, bek tengah yang mengawal pertahanan Indonesia seperti Fahcrudin Aryanto, Rizky Ridho, dam Elkan Baggott yang selalu menjadi pilihan pelatih Shin Tae-yong sejak fase gugur, tidak boleh lengah memantau pergerakan Teerasil.
Chanathip Songkrasin, Messi dari ThailandÂ
Selain Teerasil, Thailand juga punya pemain berbahaya bernama Chanathip Songkrasin. Bagi saya, dialah sumber kreativitas permainan Thailand. Media bahkan menjulukinya Messi dari Thailand.