Padahal, laga itu digelar di Stamford Bridge, markas Chelsea. Padahal, Chelsea sedang bagus-bagusnya dan tengah memimpin klasemen Liga Inggris.
Bahkan, MU sempat unggul lebih dulu lewat gol Jadon Sancho usai memaksimalkan kesalahan dari Jorginho di menit ke-50. Lantas, Chelsea menyamakan skor lewat eksekusi penalti Jorginho di menit ke-69.
Nah, yang menarik dari laga melawan Chelsea itu, Carrick yang memainkan skema klasik 4-3-1-2, berani mencadangkan sang superstar, Cristiano Ronaldo.
Di era kepelatihan Solskjaer, Ronaldo (36 tahun) nyaris selalu bermain sebagai starter di pertandingan bertajuk 'big match'.
Dan memang, tidak mudah bagi pelatih mengambil keputusan mencadangkan seorang pemain superstar yang punya pengaruh, branding klub, dan punya sponsor besar. Ronaldo seperti mendapat jaminan posisi starter di setiap pekan. Meski mungkin pelatih ingin melakukan penyegaran strategi.
Tapi, Carrick berani melakukanya.
Saya membayangkan, entah bagaimana cara dan pendekatan Carrick menyampaikan kabar itu ke Ronaldo bahwa dirinya bakal mencadangkannya di laga sepenting ini.
Di Stamford Bridge, tanpa Harry Maguire yang mendapatkan skorsing kartu merah di laga pekan lalu, Carrick memainkan Eric Bailly sebagai tandem Viktor Lindelof di posisi bek tengah.
Di posisi gelandang bertahan, Carrick memainkan Nemanja Matic, Fred, dan Scott McTominay untuk mengimbangi lini tengah Chelsea yang terkenal piawai mendominasi penguasaan bola.
Sementara Bruno Fernandes dimainkan sebagai 'trequartista' di belakang Marcus Rashford dan Jadon Sancho yang bermain sebagai 'penyerang palsu' yang melebar. Artinya, MU bermain tanpa penyerang tengah.
Dari komposisi starting XI melawan Chelsea itu, Carrick nampak tegas dan berani mengambil keputusan perihal siapa pemain yang dimainkan.