Mau terus belajar. Terus berusaha meng-update kemampuannya agar lawan kembali kebingungan membaca tendangannya.
Bila upaya pemutakhiran (up-grade) kemampuan itu tidak dilakukannya, dia bisa kehilangan kepakarannya. Pelatih Italia, Roberto Mancini, bisa saja tidak lagi menjadikannya sebagai eksekutor penalti.
Jorginho sebenarnya sudah menyampaikan permintaan maaf. Tetapi memang, dengan tiga kali beruntun gagal penalti, sejumlah pihak mulai hilang kepercayaan padanya.
Bahkan, Presiden klub Napoli, Aurelio De Laurentiis blak-blakan menyebut Jorginho bukan sosok pengambil penalti yang oke. Dia berpendapat, eksekusi penalti timnas Italia lebih baik diberikan kepada bintang Napoli, Lorenzo Insigne.
Tentu, semua keputusan kembali pada Roberto Mancini. Semisal bila di laga melawan Irlandia Utara nanti, Italia kembali mendapat 'hadiah' penalti, entah apakah Mancini tetap percaya pada Jorginho atau menunjuk pemain lain.
Andai tetap Jorginho yang maju, tentu itu akan menjadi pertaruhan besar baginya. Bila berhasil, beban dan sorotan padanya akan mereda. Namun, bila kembali gagal, bisa saja dia mengundurkan diri sebagai penendang penalti.
Dari situasi yang dialami Jorginho, kita bisa mengambil pelajaran perihal perlunya terus belajar, mau 'mengosongkan gelas', dan meng-up grade keilmuan. Sebab, bila tidak, bersiaplah dikalahkan zaman yang sebelumnya sampeyan (Anda) kalahkan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H