Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jorginho, Pelajaran "Gelas Kosong", dan Perlunya Pemutakhiran Kemampuan

15 November 2021   08:17 Diperbarui: 15 November 2021   16:33 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelandang timnas Italia, Jorginho.| Sumber: AFP/ALBERTO PIZZOLI via Kompas.com

Terlepas menendang penalti itu soal mentalitas, ketenangan atau bahkan keberuntungan, tapi bisa jadi dia gagal karena tidak meng-up grade keilmuan dan kepakarannya.

Dia memilih tetap percaya dan menggunakan cara lama. Enggan mencoba mengasah teknik baru. Dia yakin berhasil dengan kepakaran menendang penalti yang sudah melekat pada dirinya.

Atau, mungkin saja, pemain yang masuk kandidat peraih Ballon d'Or 2021 ini gagal karena tidak menganalisis kegagalannya sebelumnya.

Ah, namanya mungkin, bisa saja itu terjadi. Bisa juga keliru.

Tapi yang pasti, lawan-lawan yang menghadapi timnya Jorginho, baik Italia maupun Chelsea, sudah mengantisipasi kemungkinan bila akan terjadi penalti.

Kiper-kiper tim lawan pastinya sudah melihat berulang kali beberapa video rekaman ketika Jorginho menendang penalti. Mereka menganalisis cara dan kebiasaannya dalam menendang penalti. Lantas, menyiapkan 'jurus' penangkalnya.

Semisal menunggu dan tidak bergerak lebih dulu ketika Jorginho mengangkat kakinya sebelum menendang bola. Juga memainkan perang psikologis semisal menatap tajam matanya sebelum bola ditendang.

Ya, Jorginho harus sadar. Pertandingan sepak bola itu ibarat sebuah buku terbuka yang bisa dibaca siapa saja.

Siapa saja bisa melihat ketika dia menendang penalti. Siapa saja bisa mempelajari caranya.

Jorginho harus menyadari teori buku terbuka itu.

Karenanya, meskipun dirinya berstatus pakar, dia harus terus meng-update tekniknya. Bilapun merasa gelasnya sudah penuh, dia harus mau mengosongkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun