Belajar itu tidak mengenal kata berhenti. Tidak ada kata cukup. Tidak ada batasan usia.
Itu berlaku bagi siapapun. Bahkan, seorang pakar di bidang yang ditekuninya sekalipun, seharusnya terus memperbarui ilmunya. Meng-up date kemampuannya.
Sebab, bila merasa diri paling pakar sehingga tak perlu belajar lagi, dia harus bersiap ditinggalkan dan dikalahkan oleh zaman yang terus bergerak.
Seperti bunyi pepatah di Barat sana, never stop learning, because life never stop teaching. Ya, hidup tak pernah berhenti mengajari kita dengan semua hal yang terjadi.
Berkorelasi dengan "never stop learning" itu, kawan-kawan jurnalis merasakan betapa zaman begitu cepat berubah. Dunia jurnalistik terus 'di-upgrade oleh zaman'.
Banyak industri media cetak dan online yang kini tidak hanya mengupah awak medianya hanya karena kepiawaian mereka dalam memproduksi tulisan.
Namun, jurnalis masa kini juga "dipaksa" menguasai kemampuan videografi, membuat konten video, mengedit video, hingga akrab dengan seluk beluk media sosial.
Berlaku hukum kompetisi di sini.
Bahwa, mereka yang mampu menguasai kemampuan baru itu, mereka tidak hanya akan mendapat 'nilai' bagus di tempatnya bekerja. Tapi, dia juga telah mengundang peluang berdatangan.
Ya, ada beberapa teman yang karena kepakarannya dalam membuat konten video dan wawasannya seputar media sosial, lantas seringkali diundang menjadi narasumber guna membagikan ilmunya.