Tidak bisa dipungkiri, jadwal padat memberikan pengaruh pada penampilan Marcus/Kevin. Bayangkan, French Open ini merupakan kejuaraan keempat beruntun yang diikuti Marcus/Kevin sejak akhir September silam.
Sebelumnya, Marcus/Kevin tampil beruntun di Piala Sudirman dan Piala Thomas. Lantas, bermain di Denmark Open dan berlanjut di French Open ini.
Meski, Marcus/Kevin cukup diuntungkan di French Open ini. Sebab, mereka sempat mendapatkan kemenangan walk over di putaran pertama karena lawan memilih mundur. Mereka baru turun di putaran kedua.
Toh, terlepas jadwal yang superpadat, bila kita melihat pertandingan final tadi malam, penampilan Marcus/Kevin sebenarnya sangat oke. Mereka sangat tahu makna bermain di final sehingga tampil habis-habisan.
Tidak tampak bila 'baterai' mereka sedang drop alias stamina sedang menurun. Hanya memang, beberapa kali mereka menyumbang poin untuk ganda Korea karena kesalahan sendiri.Â
Boleh jadi, tingkat akurasi pukulan itu disebabkan karena kebugaran yang memang terkuras setelah tampil beruntun di tiga kejuaran sebelumnya. Atau, anggap saja itu ketidakberuntungan.
Tetapi memang, jadwal padat ini tentu tidak hanya dirasakan oleh Marcus/Kevin. Terlebih bila kita melihat para juara di French Open. Mereka juga ikut merasakan 'jadwal gila' ini.
Sebut saja pasangan asal Jepang, Yuta Watanabe dan Arisa Higashino yang juara di nomor ganda campuran. Mereka menjadi ganda campuran Jepang pertama yang juara di turnamen yang digelar sejak tahun 1908 ini.
Keduanya juga tampil di Piala Sudirman, Piala Thomas/Uber, dan Denmark Open. Bahkan, Arisa bermain dobel di ganda campuran dan ganda putri. Tapi, penampilan mereka masih oke. Semua lawan dilibas.
Terlepas dari gagal juara, tetapi penampilan Marcus/Kevin di French Open menunjukkan bahwa mereka masih salah satu yang terbaik di nomor ganda putra. Mungkin mereka hanya kurang beruntung di final.
Penampilan di French Open ini menjadi bekal bagi Marcus/Kevin di turnamen berikutnya.