Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengenalkan Semangat Net-Zero Emissions (NZE) kepada Para 'Pewaris Bumi'

24 Oktober 2021   16:38 Diperbarui: 24 Oktober 2021   16:39 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para orang tua perlu mengenalkan Net-Zero Emissions kepada anak-anak melalui aksi nyata di rumah/www.achematlistrik.id

Mengenalkan Net-Zero Emissions (NZE) kepada anak-anak yang masih bersekolah di sekolah dasar mungkin terdengar nggak nyambung.

Anak-anak seusia mereka dirasa masih sulit memahami emisi karbon dan dampak jahatnya terhadap perubahan iklim. Mereka dianggap belum waktunya dilibatkan dalam upaya mendukung NZE.

Padahal, ketika NZE ditarget tercapai paling lambat pada tahun 2060, kita sebenarnya bicara tentang kehidupan 'para pewaris bumi' yang perlu diselamatkan. Anak-anak dan cucu-cucu kita.

Sebab, 40 tahun mendatang, mereka-lah yang akan merasakan dampak dari keberhasilan mewujudkan NZE ini.

Untuk itu, anak-anak harus dikenalkan pada NZE. Mereka perlu diajak menjadi bagian dari upaya mendukung NZE. Jangan menganggap NZE nggak relate dengan usia anak-anak.

Soal nggak nyambung karena dianggap belum waktunya, saya teringat saat film The Day of Tomorrow tayang 2004 silam. Ada banyak orang cemas ketika menonton gambaran bencana masa depan akibat cuaca ekstrem.

Tapi, tidak sedikit yang menyebut film yang diangkat dari buku The Coming Global Superstorm itu hanya menakut-nakuti. Bilapun benar terjadi, bencana itu dianggap masih jauh.

Padahal, bilapun fiksi, filmnya Roland Emmerich perihal efek perubahan iklim itu seharusnya menjadi iling-iling. Pengingat.

Bahwa, sebagai warga bumi, bila kita enggan bergerak mendukung NZE, bencana menyeramkan di masa depan akan benar terjadi. Bahkan, bisa jadi sudah dekat.

Seperti Jumat (22/10) kemarin, saya merinding ketika membaca berita dan melihat gambaran dari peneliti Climate Central perihal penampakan dunia di tahun 2050 mendatang.

Dilansir dari Bored Panda, ada banyak kota di dekat pantai terancam tenggelam di tahun 2050 jika masalah iklim terus memburuk. Salah satunya bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Uni Emirat Arab yang sekelilingnya digenangi air laut yang naik ke daratan.

Namanya gambaran masa depan, itu belum terjadi. Tapi, bagaimana bila itu hanya soal waktu. Termasuk kemungkinan kota-kota di Indonesia di dekat pantai juga akan tenggelam dalam puluhan tahun mendatang.

Apalagi, kita tidak bisa menutup mata dan telinga, suhu dunia kini terus meningkat. Jika tidak ada aksi yang dilakukan bersama-sama, kita utamanya anak-anak yang kelak jadi pewaris bumi, akan menghadapi bencana tak terbayangkan.

Mengenalkan NZE kepada anak-anak

Pendek kata, melibatkan anak-anak dalam mendukung tercapainya Net-Zero Emissions bukanlah pelanggaran. Tapi sudah seharusnya dilakukan. Dimulai.

Lalu, bagaimana cara mengenalkan NZE kepada anak-anak sekaligus mengajak mereka ikut terlibat?

Ada banyak ragam cara yang bisa dilakukan oleh orang tua. Setiap orang tua bisa memiliki pendekatan berbeda. Cara paling mudah bisa dengan memanfaatkan media yang mudah mereka pahami.

Bisa dengan mengajak mereka melihat konten video perihal ajakan mewujudkan NZE melalui youtube. Lantas, menceritakan ulang kepada mereka sebelum tidur

Bukankah anak-anak paling senang ketika mendengarkan cerita dari ayahnya ataupun menonton video bersama? Bahkan, itu akan meresap dalam ingatan mereka.

Dulu, saya menjadikan film animasi Wall-E untuk membangun kesadaran anak-anak terkait pentingnya penanganan sampah.

Kita tahu, film animasi yang berkisah tentang robot penata sampah itu mengambil latar cerita ketika bumi dipenuhi sampah. Tak ada lagi manusia. Bahkan, tak ada tanaman. Yang ada hanya tumpukan sampah.

Anak-anak lalu bertanya, apakah kondisi seperti di film Wall-E itu bisa terjadi dalam kehidupan nyata?

Dari situlah, saya memberikan pemahaman. Mereka mulai belajar memperlakukan sampah. Minimal jadi sadar untuk membuang sampah pada tempatnya. Juga meminimalisir penggunaan kantong plastik.

Semisal ketika bersekolah, mereka rutin membawa tempat minum dari rumah sehingga tidak perlu membeli minuman di sekolahnya yang bisa menjadi sampah plastik.

Cara kedua bisa dengan mencontohkan langsung berbagai upaya yang bisa dilakukan di rumah untuk menekan emisi karbon. Bisa dengan menghemat penggunaan listrik di rumah.

Anak-anak dibiasakan mematikan lampu di ruangan ketika tidak lagi digunakan. Atau mematikan televisi ketika sudah tidak ditonton.

Dulu, ketika asyik menonton lantas ada teman mengajak main, mereka sering lupa mematikan TV. Kini, mereka terbiasa mematikannya sebelum pamit bermain. Termasuk mau mengurangi penggunaan AC ketika tidur.

Selama kita memberikan arahan dengan baik, anak-anak akan mudah mengikuti. Lama-lama, anak-anak jadi terbiasa. Aktivitas hemat listrik itu jadi kebiasaan baru bagi mereka.

Informasi seputar NZE yang perlu diketahui orang tua

Memang tidak mudah mengubah kebiasaan lama anak-anak menjadi gaya hidup baru yang selaras dengan semangat NZE.

Sebab, memberi penjelasan NZE, bahaya emisi karbon, dan kehidupan bumi di masa depan kepada anak-anak, sangat berbeda dengan mendongeng lomba lari antara kelinci dan kura-kura di hutan.

Bila mendongeng fabel, kita mengingat ceritanya turun-temurun. Namun, untuk bercerita dan membagikan semangat NZE kepada anak-anak, kita harus update banyak informasi. Tak hanya sebatas "setahu ayah". Ketika kaya informasi, kita siap bercerita. Juga siap menjawab pertanyaan anak-anak yang kadang di luar dugaan.

Seperti teko yang hanya mengeluarkan air bila diisi air, untuk menjelaskan banyak hal seputar NZE kepada anak-anak, kita perlu terlebih dulu melahap banyak informasi. 

Toh, tidak sulit untuk memperkaya informasi tentang NZE. Kita bisa dengan mudah membaca banyak artikel seputar NZE di kanal berita, website, maupun media sosial.

Bahkan, era yang serba daring membuat kita bisa mendapatkan informasi dari pakarnya tanpa perlu pergi ke seminar. Kita bisa mengikuti webinar dari rumah. Seperti pertengahan Oktober lalu, saya berkesempatan mengikuti webinar tentang energi baru terbarukan.

Lalu, informasi seputar NZE apa saja yang harus dikuasai para orang tua agar bisa menerangkan secara gamblang sesuai pemahaman anak-anak?

Memahami emisi karbon dan dampaknya

Dinukil dari beberapa referensi, emisi karbon merupakan gas dari hasil pembakaran senyawa mengandung karbon. Contohnya CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin dan bahan bakar lainnya yang mengandung hidrokarbon.

Emisi karbon jadi penyumbang pencemaran udara.

Bila terus dibiarkan, bisa mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Bila suhu bumi semakin panas, terendamnya kota-kota di dunia, tinggal menunggu waktu. Belum lagi dampak ketidakstabilan ekonomi yang bisa memicu kelaparan.

Indonesia turut menyumbang emisi karbon melalui konversi hutan, penggunaan BBM, limbah pabrik, dan proses industri. Demi keberlangsungan hidup di tahun-tahun mendatang, penting untuk mencegah pemakaian emisi karbon berlebihan.

Mewujudkan NZE bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas bersama/Foto: iStock/metamorworks
Mewujudkan NZE bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas bersama/Foto: iStock/metamorworks

Mengenal NZE

Akan menjadi omong kosong bila kita ingin membagikan semangat NZE kepada anak-anak tapi kita sendiri belum paham makna dari Net-Zero Emissions ini?

Dari beberapa referensi yang saya sarikan, istilah Net-Zero Emissions alias nol-bersih emisi muncul sejak 2008. NZE semakin jadi sorotan usai KTT Iklim di Paris pada 2015 mewajibkan negara industri dan maju mencapai nol-bersih emisi pada 2050.

Perlu diketahui, nol-bersih emisi bukan berarti berhentinya manusia memproduksi emisi. Sebab, secara alamiah, manusia dan dunia tidak bisa tak memproduksi emisi. Setiap kali bernapas, kita menghasilkan emisi karbon berupa karbon dioksida (CO2).

Yang dimaksud nol-bersih emisi adalah karbon negatif. Bahwa, emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer.

Emisi karbon sepenuhnya diserap oleh bumi sehingga tidak menimbulkan pemanasan global inilah yang menjadi esensi dari NZE. Dibutuhkan peran manusia dan tentunya bantuan teknologi untuk mewujudkan cita-cita bersama itu.

Kebijakan pemerintah dan tantangan mewujudkan NZE

Net-Zero Emissions kini jadi puncak harapan masa depan (expected future milestone). Sebab, NZE akan membuat bumi jadi lebih hijau dan ramah bagi umat manusia.

Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE) selambat-lambatnya tahun 2060.

Berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon diterapkan di berbagai sektor. Salah satunya di sektor energi seperti efisiensi energi, pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), penerapan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Bahkan, demi mencapai harapan itu, ada beberapa kementerian berada di garda terdepan dalam menangani isu perubahan iklim. Seperti Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan, Kementerian ESDM, Perhubungan, Industri, Pertanian, dan Kementerian Keuangan.

Dalam hal ini, Bappenas bertugas menyusun perencanaan ke depan. ESDM fokus dengan sektor energi. Lalu, Perhubungan, Industri, dan Pertanian berkaitan dengan teknologi yang menggunakan energi. Dan keuangan akan menjadi kunci pembiayaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menuju NZE.

Tentu, kita berharap ada harmonisasi kerja di antara kementerian tersebut. Berharap ada tata kelola yang baik untuk menangani isu perubahan iklim karena urusan ini memang sangat kompleks dan time spare yang panjang.

Apalagi, mewujudkan NZE tidak seperti melaju di jalan tol bebas hambatan. Ada berbagai tantangan dan risiko yang dihadapi. Mulai dari biaya yang tinggi, teknologi mutakhir, SDM mumpuni, serta kesadaran masyarakat untuk bertransisi ke produk-produk ramah lingkungan.

Tugas kita bersama

Pendek kata, untuk mencapai NZE diperlukan komitmen dan kolaborasi dari berbagai pihak serta strategi dan perencanaan yang matang. Ini tugas kita bersama. Bukan hanya pemerintah.

Karenanya, saya mengapresiasi ketika mengetahui ada Indika Energy, perusahaan energi terdiversifikasi yang mendukung dan berkomitmen untuk mewujudkan NZE.

Saya tertarik dengan pernyataan Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid dalam siaran pers berjudul "Indika Energy Perkuat Komitmen Menuju Netral Karbon" pada 19 Oktober lalu. Pernyataannya begini: "Untuk mengatasi perubahan iklim ini tidak bisa dilakukan sendiri. Ini yang mendasari transisi Indika Energy dengan mengembangkan portofolio bisnisnya pada sektor non batubara sebagai upaya untuk mencapai net-zero emissions".

Ya, untuk mengatasi perubahan iklim memang tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Tetapi juga diperlukan peran dari sektor perusahaan seperti Indika Energy.

Termasuk keterlibatan dari para orang tua untuk mengedukasi keluarga dan putra-putrinya demi ikut mendukung NZE. Kita bisa mengajak anak-anak ikut berperan menekan emisi karbon dengan menghemat pemakaian listrik di rumah maupun.

Bayangkan bila jutaan orang tua di Indonesia tergerak untuk ikut membagikan semangat mendukung NZE kepada para 'pewaris bumi, rasanya bumi akan baik-baik saja dalam tiga atau empat dekade mendatang. Salam.

Referensi tulisan:

https://www.boredpanda.com/researchers-shows-planet-water-level-rises-picturing-climatecentral/?utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=organic

https://www.indikaenergy.co.id/id/press/indika-energy-perkuat-komitmen-menuju-netral-karbon/

https://www.suara.com/tekno/2021/03/09/151454/apa-itu-emisi-karbon-ini-dampak-dan-cara-menguranginya?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun