Penampilan luar biasa diperlihatkan tim putra bulutangkis Indonesia di semifinal Piala Thomas 2020.
Sempat tertinggal 0-1 dan mendapat tekanan dari penonton tuan rumah yang memadati Ceres Arena, Indonesia mampu membungkam tuan rumah Denmark.
Indonesia berbalik menang 3-1 di laga semifinal yang digelar di Kota Aarhus, Denmark, Sabtu (16/10) malam.
Kemenangan atas Denmark ini bermakna ganda bagi Indonesia.
Indonesia akan tampil di final Piala Thomas ke-20. Sebelumnya, dalam 19 kali final yang dimulai tahun 1958 silam, Indonesia mampu 13 kali juara dan enam kali kalah di final.
Kemenangan tersebut juga membuat Indonesia mampu membalas kekalahan pahit dari Denmark di final Piala Thomas 2016 di Kunshan, China. Kala itu, Indonesia kalah 2-3.
Sempat tertinggal, Indonesia membalik skor lewat Minnions dan Jojo
Seperti plot cerita film yang berjalan sesuai skenario sang sutradara, kemenangan Indonesia atas Denmark ini juga selaras dengan
prediksi di atas kertas.
Bahwa, bila mampu mengambil minimal satu kemenangan dari dua nomor tunggal, Indonesia akan bisa mengalahkan Denmark. Sebab, di nomor ganda, dua pasangan ganda putra Indonesia kualitasnya masih di atas ganda Denmark.
Tapi, 'skenario' itu terwujud tentu karena perjuangan hebat pemain-pemain di lapangan. Mereka siap lahir batin menghadapi semifinal ini. Siap menghadapi apapun kemungkinan yang terjadi.
Di game pertama, Indonesia langsung berada dalam tekanan. Tunggal pertama, Anthony Sinisuka Ginting tak mampu mengembangkan permainan terbaiknya.
Menghadapi tunggal putra peraih medali emas Olimpiade 2020, Viktor Axelsen, Ginting kalah dua game langsung (straight game) dengan skor cukup telak, 9-21, 15-21. Denmark pun unggul 1-0.
Situasi itu membuat pasangan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya harus menang di game kedua untuk bisa menyamakan skor. Sebab, andai game ini kembali diambil Denmark, peluang Indonesia ke final mengecil.
Yang terjadi, Marcus/Kevin mendapat perlawanan ketat dari ganda Denmark, pasangan Kim Astrup (29 tahun) dan Anders Skaarup Rasmussen (32 tahun).
Unggul 21-13 di game pertama, Marcus/Kevin kalah 10-21 di game kedua. Untungnya, di game ketiga, ganda peringkat 1 dunia ini kembali tampil seperti seharusnya. Minnions menang 21-15. Skor pun imbang 1-1.
Situasi ini mirip dengan yang terjadi di final Piala Thomas 2016 lalu. Kala itu, Denmark juga bisa mengambil game pertama untuk nomor tunggal. Lantas, Indonesia bisa menyamakan skor lewat nomor ganda.
Namun, game ketiga berjalan berbeda dari final 2016 silam. Kala itu, Denmark kembali bisa mengambil kemenangan. Namun, kali ini, Indonesia tidak mau mengulang kesalahan.
Jonatan Christie tampil keren dan meraih kemenangan krusial. Jonatan harus bermain selama lebih dari satu jam untuk mengakhiri perlawanan Anders Antonsen lewat rubber game 25-23, 15-21, 21-16.
Tampil dengan permainan skenario serangan yang rapi, Jonatan beberapa kali mampu mendapatkan poin lewat pukulan-pukulan drop shot dan smash beruntun ke arah badan Antonsen.
Tapi, penentu kemenangan Jonatan adalah kebugaran kondisi fisiknya. Meski berusia sama, 24 tahun, Jonatan terlihat tetap bugar meski bermain tiga game panjang. Sementara Antonsen nampak kehabisan tenaga. Pukulannya tidak lagi akurat di game ketiga.
Â
Fajri jadi penentu kemenangan
Ketika Jonatan Christie mampu menyudahi game ketiga dengan kemenangan dan membawa Indonesia unggul 2-1, final serasa sudah di depan mata.
Sebab, di game keempat yang memainkan ganda, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto diprediksi bisa menang atas pasangan Mathias Christiansen (27 tahun) dan Frederik Sogaard (24 tahun).
Benar saja, Fajri--sebutan untuk Fajar/Rian yang tampil percaya diri dan penuh motivasi, tidak kesulitan mengalahkan pasangan Denmark yang belum lama dipasangkan ini.
Menampilkan permainan menyerang dan pertahanan solid, Fajri mampu mendominasi ganda Denmark. Bahkan, memaksa mereka melakukan beberapa kesalahan sendiri.
Unggul 21-14 di game pertama, Fajar dan Rian semakin merajalela di game kedua. Mereka unggul 11-4 di interval pertama. Bahkan sempat unggul dengan jarak 10 poin.
Sampai di sini, suporter tuan rumah yang awalnya antusias mendukung pemain-pemain Denmark, mulai terdiam. Mereka sadar, ganda Indonesia lebih oke.
Pasangan Denmark sempat mendekat di angka 14-19. Namun, hanya sampai di situ perlawanan mereka. Fajar dan Rian menuntaskan game ini dengan kemenangan 21-14.
Kemenangan Fajri membuat Indonesia unggul 3-1 atas Denmark.
Skor 3-1 itu membuat game kelima yang sedianya mempertemukan Shesar Hireen Rhustavito melawan pemain senior Denmark, Hans-Kristian Vittinghus (35 tahun) tidak digelar. Sebab, Indonesia sudah memastikan ke final.
Indonesia bertemu China di final ke-20
Di final yang akan dimainkan Minggu (17/10) mulai pukul 13.00 waktu Denmark atau pukul 18.00 WIB, Indonesia akan menghadapi 'musuh bebuyutan', China.
Di semifinal yang dimainkan bersamaan, China mampu mengalahkan Jepang 3-1 yang merupakan laga ulangan final Piala Thomas 2018 silam.
China sempat tertinggal ketika Shi Yuqi kalah dari Kento Momota. Shi Yuqi bahkan tidak bisa menuntaskan pertandingan karena walk over akibat cedera di set kedua saat skor 5-20. Sebelunya, dia kalah 20-22 di game pertama.
Namun, China lantas berbalik menang seperti pola yang diraih Indonesia atas Denmark. Mereka unggul di ganda pertama, tunggal kedua, dan ganda ketiga. China pun menang 3-1 atas Jepang.
Ini akan menjadi pertemuan keenam Indonesia melawan China di final Piala Thomas. Sebelumnya, dalam lima pertemuan di final sejak tahun 1982, China sementara unggul 3-2.
Di pertemuan terakhir dua negara di final Piala Thomas 2010 di Kuala Lumpur, China mengalahkan Indonesia 3-0.
Uniknya, kemenangan terakhir Indonesia atas China di final Piala Thomas juga terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia. Tepatnya di final Piala Thomas 2000 saat Indonesia menang 3-0 atas China.
Setelah menunggu lama sejak terakhir juara pada 2002, semoga Jonatan Christie dan kawan-kawan akan bisa membawa pulang Piala Thomas dengan mengalahkan China di final.
Peluang terbuka lebar. Sebab, China tidak membawa beberapa pemain terbaiknya. Seperti tunggal putra, Chen Long dan ganda putra terbaik mereka, Li Junhui/Liu Yuchen.
Bahkan, tunggal pertama China, Shi Yuqi mengalami cedera di semifinal sehingga memutuskan walk over. Belum jelas apakah dia bisa bermain atau tidak di final besok.
Namun, bagaimanapun, China adalah China, sang juara bertahan. Meski membawa beberapa pemain muda, Indonesia wajib waspada.
Tapi, selama Minnions, Jonatan, dan Fajri bermain oke seperti saat melawan Denmark, Indonesia bisa juara. Termasuk Ginting yang hari ini kalah dari Axelsen, pastinya akan termotivasi menyumbang poin kemenangan di final besok.
Ah, semoga harapan pecinta bulutangkis di tanar air kesampaian besok malam. Kesampaian untuk melihat tim putra Indonesia membawa pulang Piala Thomas. Semoga. Salam bulutangkis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI