Putri, tunggal putri Indonesia yang menurut saya punya aura paling bisa mengintimidasi lawan lewat penampilan cueknya, menghadapi Sayaka yang kalem dan berpengalaman.
Hasilnya, Putri kalah 14-21, 19-21. Tapi, itu skor yang seharusnya bisa membuat Putri meninggalkan lapangan dengan kepala tegak. Dia sudah berusaha melakukan yang dia bisa untuk meladeni Sayaka.
Gadis kelahiran Tangerang ini mendapatkan pelajaran berharga. Utamanya tentang pentingnya meminimalisir kesalahan.
Di laga itu, utamanya di game pertama, Putri memang kerapkali memberikan poin gratis untuk Sayaka. Pengembalian shuttlecocknya beberapa kali nyangkut di net ataupun ke luar lapangan. Service nya juga kadang out.
Itu yang harus dia perbaiki. Bahwa, bila ingin menjadi pemain top dunia, harus mengurangi melakukan kesalahan sendiri.
Sementara untuk permainan, Putri beberapa kali mampu menyulitkan Sayaka lewat drop shot apik. Tinggal lebih dimatangkan saja. Dan tentu, pertandingan seperti ini yang dibutuhkannya agar semakin matang.
Pelajaran juga didapat pasangan muda, Nita Violina Marwah (20 tahun) dan Putri Syaikah (20 tahun) yang tampil di game keempat. Mereka kalah cukup telak 9-21, 10-21 dari pemain top Jepang, Yuki Fukushima dan Arisa Higashino.
Kita tahu, Yuki merupakan ganda putri ranking 1 dunia bersama Sayaka Hirota. Namun, karena Hirota cedera, dia dipasangkan dengan beberapa pemain di Piala Uber kali ini.
Tadi malam, dia main dengan Arisa yang merupakan pemain spesialis ganda campuran dan pernah juara All England 2018 juga peraih medali perunggu Olimpiade 2020 bersaa Yuta Watanabe.
Di game kelima, Ester Nurumi (16 tahun) berkesempatan menantang pemain yang rankingnya jauh di atasnya. Ester menghadapi Aya Aohori (25 tahun) yang kini ada di ranking 20 dunia.
Ester memang kalah 14-21 dan 7-21 yang membuat Indonesia kalah 0-5 dari Jepang. Tim putri Indonesia memang masih kalah kelas dari Jepang.