Lalu, apa yang harus dibenahi dari tim Thomas Indonesia?
Penampilan dua tunggal utama jadi sorotan
Saat melawan Thailand, Indonesia sempat tertinggal dua kali setelah dua tunggal utama kita, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, tak mampu meraih poin kemenangan.
Ginting yang tampil di game pertama, kalah rubber game dari Kantaphon Wangcharoen. Unggul 21-16 di game pertama, Ginting kalah dengan skor nyesek di game kedua dan ketiga, 22-24, 23-25.
Sementara Jonatan yang bermain di game ketiga, kalah cukup telak dari 'anak muda ajaib' Thailand, Kunlavut Vitidsarn.
Padahal, Jonatan sejatinya lebih menang 'jam terbang' dari Kunlavut (20 tahun). Meski memang, juara dunia junior 2017, 2018, 2019 itu sedang on fire. Dialah yang mengawali kebangkitan Thailand saat menang 3-2 atas Taiwan di game pertama (9/10).
Ketidakmampuan dua pemain tunggal utama untuk meraih poin, jelas memunculkan kekhawatiran. Sebab, Piala Thomas mempertandingkan tiga nomor tunggal dan dua nomor ganda. Seharusnya, nomor tunggal bisa menjadi sumber poin.
Kekhawatiran itu sebenarnya sudah mencuat sejak Piala Sudirman dua pekan lalu. Ketika Ginting dan Jonatan tidak memperlihatkan penampilan terbaik mereka. Sementara lawan-lawannya tampak semakin berkembang.
Ginting sempat kalah dua kali dari Andres Antonsen (Denmark) dan Lee Zii Jia (Malaysia). Sementara Jojo secara mengejutkan dikalahkan pemain Kanada, Brian Yang.
Nah, melawan Taiwan di laga terakhir, sangat mungkin akan menjadi pertandingan yang lebih sulit bagi Indonesia dibandingkan melawan Thailand.
Sebab, Taiwan punya dua tunggal putra yang bagus, Chou Tien-chen (ranking 4) dan Wang Tzu-wei (ranking 11). Taiwan juga punya ganda putra peraih medali emas Olimpiade 2020, Lee Yang/Wang Chi-lin.