Indonesia pun tertinggal 1-2.
Di pertandingan keempat, saatnya ganda putri. Saya yakin, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu bisa menang dan menyamakan skor. Sebab, peraih medali emas Olimpiade 2020 ini bertemu lawan yang sejatinya tidak 'mengerikan'. Yakni pasangan Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan yang menempati ranking 19 dunia.
Yang terjadi, lagi-lagi pertandingan berjalan sangat ketat. Tan (21 tahun) dan Muralitharan (23 tahun) ternyata tampil powerfull bak ganda putri top dunia. Mereka bisa mengimbangi permainan cepat Greysia/Apriyani.
Di game pertama, Greysia/Apriyani dipaksa melakoni setting point meski menang 22-20. Di game kedua, ganda Malaysia yang tampil enerjik, menang 21-17.
Ketegangan terjadi di game ketiga. Sebab, itu game menentukan. Andai ganda Malaysia menang, dipastikan Malaysia akan unggul 3-1 dan melaju ke semifinal. Namun, Greysia/Apriyani menolak 'skenario' itu.
Puncak ketegangan terjadi saat Greysia/Apriyani mendapatkan 20 poin. Namun, ganda Malaysia mendapatkan tiga atau empat poin beruntun hingga angka 18. Untungnya, Greysia/Apriyani bisa menutup laga 21-18. Indonesia menyamakan skor 2-2.
Sayangnya, Indonesia terhenti karena Malaysia bisa mengambil kemenangan di pertandingan penentuan.
Apresiasi patut diberikan untuk perjuangan pemain-pemain Indonesia
Menyoal kekalahan itu, kita mungkin saja berandai-andai. Mengapa kok pemain ini yang diturunkan. Kok bukan pemain itu. Tapi, pengandaian itu bak pepatah nasi sudah menjadi bubur.
Terpenting, meski Indonesia gagal ke semifinal, apresiasi patut kita berikan kepada pemain-pemain Indonesia. Mereka telah berjuang dengan begitu gigihnya di lapangan. Meski, hasil tidak sesuai harapan.
Tetapi memang, di nomor beregu, apapun bisa terjadi. Ranking pemain yang lebih bagus ataupun keunggulan rekor head to head kadang tidak lagi penting.