Siap bekerja dengan jam kerja berbeda dari lainnya
Salah satu tantangan menjadi wartawan adalah jam kerjanya yang  terkadang 'tidak normal'. Meski punya kantor, kerjanya terkadang tidak punya jam kantor seperti profesi lainnya.
Bila bekerja di media cetak, jam kerjanya bisa seharian. Bisa berangkat liputan sejak pagi, lalu sore ke kantor (bila bekerja dari kantor) untuk menulis, dan baru pulang malam. Belum lagi bila ada rapat redaksi. Pulangnya bisa larut malam.
Tapi, bagi sebagian orang, bekerja di media cetak masih lebih enak. Sebab, ada jam deadline yang menjadi batas waktu tulisan dikirim. Semisal ada informasi bernilai berita yang terjadi seusai deadline, selama tidak luar biasa, tidak harus diliput saat itu juga. Bisa ditindaklanjuti keesokan harinya.
Berbeda dengan bekerja di media daring yang tidak mengenal deadline. Semisal terjadi peristiwa malam ketika lewat deadline media cetak, ya wartawannya harus meliput peristiwa itu.
Meski, setahu saya, media daring biasanya menerapkan kerja 'shift'. Artinya, ada wartawan yang jam kerjanya pagi sampai sore. Ada yang kebagian jam kerja sore hingga malam.
Tapi yang jelas, menjadi wartawan, tidak ada cerita libur Sabtu Minggu seperti pekerja lainnya. Liburnya bergantian dengan teman-teman redaksi lainnya. Saya dulu pernah mendapat jatah libur hari Senin. Pernah juga Sabtu.
Bahkan, ketika hari besar keagamaan, ada wartawan yang tidak pulang kampung untuk bermaaf-maafan dengan keluarganya. Mereka justru meliput arus mudik dan mengabarkan kejadian penting yang terjadi di momen hari raya.
Tapi, selama memang menyukai pekerjaannya alias punya passion bekerja di dunia jurnaslitik, hal seperti itu tidak akan menjadi beban. Justru, pengalaman itu akan menjadi 'momen mewah' yang kelak dikenang. Jarang-jarang kan ketika Lebaran malah liputan arus mudik di jalan.
Siap mental bila punya atasan 'galak'
Bekerja di media, kalian akan punya atasan bernama editor atau redaktur. Setiap desk seperti politik, ekonomi, olahraga, kriminal, ada editornya. Di atasnya ada reaktur pelaksana, hingga pemimpin redaksi.