Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Richard Mainaky, Mengangkat Derajat Ganda Campuran Indonesia, Pensiun Usai 26 Tahun Mengabdi

7 September 2021   07:02 Diperbarui: 7 September 2021   15:10 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky (bertopi) usai membawa Praveen Jordan/Melati Daeva meraih medali emas SEA Games 2019/Humas PBSI

Momen perpisahan itu mengharukan. Terkadang sulit diterima. Sulit untuk sekadar tegar menghadapinya.

Dalam bahasa mereka yang puitis, tidak mudah menjadi seperti langit yang merelakan setiap tetesan air hujan yang jatuh, meski ia tahu tidak akan ada tetes yang kembali.

Tapi, perpisahan tidak bisa dihindari. Akan selalu ada perpisahan setelah ucapan selamat datang. Seperti bunyi kalimat bijak, selalu ada akhir dari setiap awal. Dan, berpisah berarti siap menjalani hari-hari penuh rindu.

Keharuan itu yang saya dan juga pecinta bulu tangkis rasakan ketika kemarin mendapati kabar pelatih ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Richard Mainaky memutuskan pensiun dari PP PBSI (Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Richard menyatakan akan pensiun melatih per 27 September mendatang.

Dilansir dari beberapa media daring dan akun Instagram yang rutin mengabarkan informasi bulu tangkis, Richard menyampaikan dirinya telah mengucapkan secara lisan keinginannya untuk pensiun.

"Secara lisan, sudah pekan lalu saya ungkapkan keinginan untuk pensiun ke Rionny Mainaky (Kabid Binpres PBSI) dan Alex Tirta (Ketua Harian PBSI)," kata Richard dikutip dari ina_badminton.

Kembali ke Manado, mengurus rumah makan bersama keluarga

Menurut Richard, niatan mundur itu sebenarnya sudah dirancangnya selepas Olimpiade 2020.

Namun, karena Olimpiade 2020 diundur dan digelar di tahun 2021 karena dampak pandemi Covid-19, keputusannya untuk pensiun itupun ikut mundur.

"Saya rasa saya sudah cukup. Niat pensiun itu kan awalnya setelah Olimpiade 2020 kemarin. Tapi Olimpiade tertunda karena pandemi, niat saya juga ikut tertunda sampai hari ini," sambung dia.

Selepas pensiun, Richard menyebut akan fokus memulai kehidupan barunya bersama keluarga di kampung halamannya di Manado, Sulawesi Utara. Baginya, keluarga merupakan salah satu kunci suksesnya berkarier di bulutangkis.

Dari beberapa pernyataannya yang dikutip oleh media, dia berencana untuk mengurus rumah makan di kampung halaman bersama istri dan keluarga.

"Saya mau bantu istri saya mengurus restoran di Manado bersama anak saya," ujarnya.

Dan memang, keluarga dan karier terkadang memunculkan dilema. Utamanya ketika dihadapkan pada pilihan antara waktu bersama keluarga atau menekuni pekerjaan dengan risiko kebersamaan dengan keluarga menipis.

Toh, meski akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga, Richard mengaku tidak akan bisa berpisah dari bulu tangkis. Dia tidak benar-benar say good bye dengan bulutangkis. Malah, dia berencana membuka akademi bulu tangkis di Manado.

Dan memang, setelah puluhan tahun mengakrabi bulu tangkis sebagai rutinitas sehari-hari, rasanya tidak akan mudah bagi siapapun untuk melupakan. Move on mungkin bisa. Tetapi meninggalkan bulu tangkis bakal sulit. Itu pula yang dirasakan Richard. 

Sukses memoles ganda campuran Indonesia

Di panggung bulu tangkis Indonesia, Richard Mainaky bukan nama sembarangan.

Dalam hal keberhasilan memoles pemain bertumbuh meraih prestasi, bolehlah kita menyejajarkannya dengan pelatih legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson.

Berlebihan?

Berkaca pada keberhasilan di bidangnya masing-masing, komparasi dengan Sir Alex itu rasanya tidak berlebihan.

Faktanya, sejak menjadi asisten pelatih Imelda Wigoeno pada tahun 1995 silam, selama 26 tahun mengabdi di pelatnas Cipayung, Richard merupakan salah satu pelatih yang paling sukses menghasilkan banyak pasangan ganda campuran berprestasi.

Dia sukses mengorbitkan banyak ganda campuran Indonesia hingga meraih prestasi tertinggi di bulu tangkis dunia.

Meminjam diksi narasinya kompas.id, Richard Mainaky salah satu sosok penting yang mengangkat derajat ganda campuran bulu tangkis Indonesia di mata dunia.

Jauh sebelum generasi pasangan ganda campuran Praveen Jordan dan Melati Daeva di era sekarang, Richard bersama asistennya, pernah mengorbitkan pasangan Tri Kusharjanto/Minarti Timur di akhir era 90-an silam.

Tri Kus/Minarti pernah menjadi ganda campuran top Indonesia. Dari meraih medali emas SEA Games 1995, 13 kali juara turnamen IBF World Grand Prix, finalis All England 1997, juga medali perunggu Kejuaraan Dunia 1997.

Dan yang paling fenomenal, Richard berperan besar membawa mereka ke final Olimpiade Sydney 2000.

Itu untuk kali pertama, ganda campuran Indonesia ke final Olimpiade sejak nomor ini dimainkan di Olimpiade Atlanta 1996. Sayangnya, di final, mereka kalah dari ganda campuran China, Xhang Jun/Gao Ling. Padahal, Tri Kus/Minarti sempat unggul 15-1 di game pertama.

Lalu ada pasangan Nova Widianto/Liliyana Natsir yang dibawa Richard meraih medali emas SEA Games, juara Asia, dan gelar juara dunia 2005 dan 2007. Setelah 15 tahun sejak pasangan Christian Hadinata dan Imelda Wiguno jadi juara di tahun 1980, Indonesia kembali punya juara dunia ganda campuran.

Nova/Liliyana juga mengikuti jejak Tri Kus/Minarti ke final Olimpiade 2008 di Beijing. Sayangnya, lagi-lagi Indonesia belum bisa meraih medali emas. Mereka kalah dari ganda Korea, Lee Yong- dae/Lee Hyo-jung.

Dua kali merasakan anak asuhnya kalah di final Olimpiade jelas pengalaman pahit. Itu seperti sebuah unfinished business bagi Richard. Urusan yang belum selesai.

Hingga, delapan tahun kemudian, unfinished business itu berakhir happy ending ketika Liliyana Natsir bersama Tontowi Ahmad meraih medali emas Olimpiade 2016. Pasangan ini juga jadi juara dunia 2013 dan 2017. Serta, hat-trick juara All England 2012, 2013, 2014.

Selain mereka, jangan lupakan pasangan Praveen Jordan/Debby Sutanto. Pasangan ini pernah juara All England 2016 ketika merasakan sentuhan polesan Richard.

Kini, Praveen berpasangan dengan Melati dan telah meraih gelar All England 2020. Mereka kini menempati ranking 4 ganda campuran dunia. Indonesia juga masih punya pasangan Hafiz Faizal/Gloria Widjaja juga Rinov Rivaldy/Pitha Mentari.

Pendek kata, masa depan ganda campuran Indonesia cerah. Selama 26 tahun, Richard telah memancangkan pilar-pilar kuat untuk membawa ganda campuran Indonesia terbang tinggi.

Apa rahasia sukses Richard dalam melatih?

Dikutip dari Kompas.id, Richard mengaku menggabungkan prinsip dari dua pelatih senior, Christian dan Tong Sin Fu.

"Christian sosok yang kalem, selalu mengedepankan sisi humanis. Sementara Tong Sin Fu punya karakter tegas," kata Richard.

Dari banyak foto di media yang menampilkan Richard dan anak asuhnya, mudah menyimpulkan bila dia memang pelatih yang dekat dengan pemainnya.

Soal ketegasan, badminton lovers pasti masih ingat ketika Richard pernah memberi peringatan keras kepada Praveen yang pernah tidak disiplin latihan.

Sikap itulah yang membuatnya sukses. Tidak hanya sebagai pelatih yang membawa anak asuhnya berprestasi. Tapi juga berhasil membangun hubungan yang cair dengan pemain-pemainnya.

Tongkat estafet bakal dilanjutkan Nova Widianto

Usai menyampaikan pengunduran diri secara lisan, Richard menyebut masih punya tugas.

Sebelum tugasnya benar-benar selesai di PBSI pada 27 September mendatang, dia kini fokus menyiapkan anak asuhnya tampil di Piala Sudirman yang digelar di Finlandia pada 26 September - 3 Oktober 2021.

"Saya mau maksimal persiapkan mereka. Setelah mereka berangkat, saya baru akan fokus pindah ke Manado," ujarnya.

Selepas Richard mengundurkan diri, tugas melatih ganda campuran di Pelatnas kemungkinan besar akan diteruskan oleh Nova Widianto yang selama ini menjadi asistennya.

Memang, PBSI belum memberikan pengumuman resmi soal itu.

Namun, bila sudah diputuskan, Nova rasanya tidak akan kaget dengan tanggung jawab baru itu. Sebab, peralihan tugas itu sudah dibiasakan oleh Richard.

Di Olimpiade Tokyo 2020 lalu, Richard mempercayakan Nova untuk mendampingi Praveen dan Melati. Sayangnya, Praveen/Melati tidak mampu membawa pulang medali.

Tentu saja, pecinta bulu tangkis berharap Nova Widianto bisa meneruskan sentuhan emas Richard Mainaky dalam memoles ganda campuran Indonesia hingga meraih prestasi tertinggi.

Bila kembali menyebut Sir Alex Ferguson, saya pribadi berharap transisi kepelatihan dari Richard ke Nova berjalan lebih smooth dibandingkan Manchester United yang kesulitan meneruskan kebesaran tim selepas Ferguson pensiun pada 2013 silam.

Tugas terdekat, Nova diharapkan menggairahkan anak asuhnya ketika nanti tampil maksimal di Piala Sudirman. Dalam artian, ganda campuran bisa rutin menyumbang kemenangan dalam turnamen beregu yang memainkan lima nomor di bulu tangkis ini.

Salam bulu tangkis.

Referensi:

Setelah 26 Tahun Mengabdi, Richard Mainaky Mundur dari PBSI

Pengabdian 26 Tahun Richard Mainaky di Cipayung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun