Sangat tidak mungkin bila saya menunggu pertandingan selesai lalu menulis. Harus memulai menulis sejak awal. Lha kan belum tahu hasil akhirnya jadi juara atau tidak. Bagaimana bila ada gol di menit-menit akhir.
Untuk menyiasati itu, sembari memantau pertandingan, saya menyiapkan naskah pendukung dan data-data pelengkap. Itu untuk melengkapi hasil dan cerita pertandingan yang ditulis terakhir.
Ketika babak pertama usai, saya mulai membuat lead tulisan. Nah, karena belum tahu akhir pertandingan, saya menyiapkan dua lead (paragraf pembuka). Bila Chelsea juara. Juga bila juara tertunda.
Saya masih ingat, selama menulis pertandingan itu, bos di kantor beberapa kali datang ke meja saya. Bertanya bagaimana progres tulisan saya. Tentu saja itu menambah tekanan.
Pada akhirnya, Chelsea juara malam itu. Dan tulisan saya selesai hanya beberapa menit setelah pertandingan itu usai. Lalu, dilay-out dan naik cetak.
Setelah selesai, saya hanya bisa menghela nafas. Lega. Jadi lapar. Plus merasa senang dan bangga karena tulisan anak pemula bisa muncul di halaman 1.
Tetap tenang
Ketika bekerja di bawah tekanan, kebanyakan dari kita mendadak menjadi gugup, cemas, dan stres. Padahal, sikap demikian justru akan membuat tekanan menjadi lebih besar.
Untuk itu, penting untuk menghadapi situasi tekanan dalam pekerjaan dengan tetap bersikap tenang. Dihadapi saja. Kalem sembari berusaha menyelesaikan tugas tersebut.
Pilihan mudahnya begini. Toh, bila bersikap cemas dan tenang, beban kerja yang ditargetkan itu tidak serta merta selesai. Karenanya, lebih baik bersikap tenang.
Kecuali bila kita cemas, resah, dan stress ternyata pekerjaannya mendadak langsung selesai, ya monggo saja.