Saya yang kini bekerja sebagai penulis lepas yang tidak punya kantor, juga terkadang merasakan bekerja di bawah tekanan seperti saat dulu bekerja di media.
Semisal ketika memberesi majalah dengan tenggat waktu bulanan. Ataupun mendapat 'pesanan' untuk menyunting tulisan dengan deadline harian.
Rasanya, apapun pekerjaan kita, tekanan dalam pekerjaan itu akan selalu ada dalam berbagai bentuk.
Nah, karena akan selalu ada, tekanan dalam pekerjaan itu tidak bisa dihindari. Mungkin mundur dari pekerjaan bisa menghindari tekanan, tapi ya tekanan pikiran akan bertambah besar bila tidak punya pekerjaan.
Karenanya, satu-satunya cara adalah berdamai alias membiasakan diri menghadapi situasi bekerja di bawah tekanan. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa skill yang perlu dikuasai untuk bisa 'menikmati' suasana bekerja di bawah tekanan
Bekerja cerdas
Kita bisa menyiasati tekanan yang muncul dengan bekerja cerdas. Definisi bekerja cerdas ini bisa rupa-rupa warnanya. Setiap orang bisa punya siasat yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
Sekadar bercerita, dulu di masa-masa awal bekerja di koran (di salah satu grup Kompas Gramedia), saya pernah merasakan situasi tidak biasa yang hingga kini terus saya kenang.
Akhir April 2005, ketika saya bekerja belum genap satu bulan, saya yang kala itu ditempatkan di desk olahraga, mendapat tugas khusus. Mengawal pertandingan penentuan Chelsea jadi juara Premier League kali dan diplot di halaman 1.
Di musim itu, Chelsea yang dilatih Jose Mourinho unggul jauh dari Arsenal di peringkat dua. Saat menghadapi tuan rumah Bolton Wanderers pada 30 April, bila menang, Chelsea akan juara untuk kali pertama dalam 50 tahun.
Sekilas, itu tugas mudah. Masalahnya, pertandingan itu dimulai pukul 22.00 WIB. Artinya, baru selesai pukul 23.30 WIB beberapa menit. Sementara, sesuai deadline, semua berita harus sudah selesai pukul 23.30. Sudah siap naik cetak.