Ketika komentar dari warganet itu dibalas langsung oleh para pejabat itu, disitulah terjadi interaksi yang pengaruhnya dashyat. Bila dalam ilmu komunikasi, itulah yang dinamakan komunikasi dua arah.
Cara seperti itu membekas pada masyarakat. Sebab, masyarakat menganggap sekarang mudah untuk berkomunikasi dengan pejabat. Tidak perlu mengirim surat ataupun datang ke kantor pejabat. Mereka merasa cukup memantau Instagram para pejabat dan ikut bertanya atau berkomentar.
Ketika komentar mereka dibalas, masyarakat menganggap pendapat mereka didengar dan merasa 'diuwongke' oleh pejabat. Tentu saja, itu nilainya melebihi dari sekadar menatap baliho yang tidak bisa bicara. Yang komunikasinya satu arah.
Jadi, bagi para politisi dan pejabat, yang mungkin ingin maju dalam pemilihan presiden maupun pemilihan caleg legislatif, bila ingin mendongkrak popularitas, harus mulai akrab dengan media kekinian.
Tampil dalam baliho boleh saja demi mengenalkan diri kepada masyarakat sekaligus woro-woro akun media sosial mereka. Sebab, itu memang media untuk mempromosikan diri dan mendongkrak popularitas.
Namun, di era masyarakat baik usia muda maupun yang sepuh kini aktif menggunakan media sosial, sudah waktunya move on untuk mengenalkan diri lewat media kekinian. Media promosi yang 'bisa berbicara'. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H