Situasi semakin mendebarkan. Penendang keempat Italia, Federico Bernardeschi, maju. Bola ditendang ke tengah gawang, mengecoh Pickford yang bergerak ke kanan. Gol.
Tekanan berbalik ke Inggris. Giliran Jadon Sancho. Publik Inggris dilanda ketegangan. Sebab, bila kembali tidak gol, peluang Inggris juara bisa sirna.
Benar saja, Sancho yang baru masuk lapangan di menit ke-120 dan selama Euro 2020 jarang main, kakinya seolah masih berat. Sepekannya lemah. Bola yang dia arahkan ke kiri gawang, bisa diblok oleh Donnarumma. Inggris tertinggal 2-3.
Suasana di stadion yang sebelumnya hiruk pikuk, berubah hening. Fan Inggris terdiam. Hanya terdengar sorakan suporter yang jumlahnya tidak seberapa dibandingkan fan Inggris.
Tiba waktunya moment of truth. Momen penentuan. Penendang kelima.
Italia bisa juara bila Jorginho bisa menuntaskan tugasnya. Persis seperti saat melawan Spanyol. Sebab, bila gol, Italia akan unggul 4-2 dan adu penalti pun selesai.
Ternyata, Jorginho, sang spesialis penalti itu gagal. Bola tendangannya ke kanan gawang, bisa ditepis Pickford.
Seketika, Wembley kembali bergemuruh. Fan Inggris bersorak. Bahkan, ada yang berpelukan. Merasa peluang Inggris untuk juara belum sirna.
Ya, Inggris memang masih punya harapan. Bila penendang kelima sukses, skor akan sama kuat 3-3. Adu penalti pun berlanjut ke penendang ke enam.
Penendang kelima Inggris, Bukayo Saka maju. Anak muda berusia 19 tahun ini menanggung harapan semua fan Inggris. Harapan itu rupanya menjadi beban berat baginya.
Saka yang pendiam itu tampak tenang. Namun, dia belum berpengalaman mengeksekusi penalti. Apalagi di momen krusial seperti itu.
Bola yang dia arahkan ke kanan gawang, sama seperti Sancho, bisa diblok Donnarumma.