Inggris pun kalah. Italia juara Euro 2020. Italia lebih siap menghadapi babak adu penalti itu. Silahkan baca ulasan sebelumnya di:
https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/60eb8d7706310e113727c5f2/italia-juara-karena-lebih-siap-hadapi-adu-penalti.
Namun, kita harus memberikan apresiasi kepada Saka, Sancho, dan Rashford. Mereka masih muda. Mereka berani tampil menghadapi momen adu penalti menegangkan. Dan itu terjadi di final.
Jangankan anak muda seperti mereka, pemain superstar sekelas Roberto Baggio dan Lionel Messi pun pernah gagal menendang penalti di babak final. Baggio gagal di final Piala Dunia 1994. Messi pernah gagal di final Copa America 2016.
Inggris belum move on dari trauma adu penalti
Ketika announcer di stadion mengumumkan Italia sebagai juara Euro 2020, publik Inggris di Wembley terdiam. Ada yang mengomel. Yang terdengar hanyalah sorakan fan Italia.
Suporter Inggris yang hadir di stadion, utamanya mereka yang sudah bapak-bapak seumuran saya (40 tahun), mungkin mengutuk adu penalti jahanam itu. Mengutuk ketidakberuntungan Inggris.
Bila menebak isi pikiran mereka, mungkin mereka berujar, "kenapa adu penalti selalu menggagalkan harapan Inggris untuk meraih kejayaan di Piala Eropa".
Ya, tidak sekali ini, Inggris merasakan nestapa ketika melakoni adu penalti di panggung Piala Eropa. Di lima edisi terakhir Piala Eropa, ketika empat kali Inggris tersingkir di babak gugur, tiga di antaranya kalah adu penalti.
Ya, sepanjang cerita penampilan di babak gugur Piala Eropa, Inggris tak pernah menang dalam adu penalti. Itu bermula di Wembley. Tahun 1996 silam.
Kala itu, Inggris bertemu Jerman di semifinal Piala Eropa 1996. Skor 1-1. Adu penalti. Hasilnya, Inggris kalah 5-6. Penendang terakhir yang membuat Inggris kalah adalah Gareth Southgate, sang pelatih Inggris sekarang.
Adu penalti yang menyebalkan itu kembali dirasakan Inggris di Euro 2004 di Portugal. Inggris tersingkir di perempat final usai kalah 5-6 (2-2) dari tuan rumah Portugal.