Setelah menunggu lebih dari 50 tahun, Inggris tidak pernah sedekat itu untuk meraif trofi Piala Eropa. Piala itu hanya terpaut jarak tiga penendang. Andai semuanya sukses, Inggris bakal juara.
Namun, yang terjadi, Italia ternyata lebih siap dalam momen menegangkan itu. Mental pemain-pemain Italia lebih siap dibandingkan pemain-pemain Inggris yang justru tertekan.
Leonardo Bonucci maju sebagai penendang ketiga Italia. Bola diarahkannya ke kanan gawang. Gol.
Lantas, giliran Rashford maju. Kalau Maguire yang bek saja tendangannya oke, Rahsford yang striker dan satu klub dengan Maguire di Manchester United, seharusnya bisa melakukannya.
Yang terjadi, dia terlihat ragu sekian detik sebelum menendang ke kanan gawang. Dan, tendangannya menghantam mistar gawang. Tidak gol. Skor pun jadi sama 2-2.
Penendang keempat Italia, Federico Bernardeschi, maju. Dia tampak percaya diri. Dan memang, dengan pede, dia menendang bola ke tengah gawang, mengecoh Pickford yang bergerak ke kanan. Italia pun unggul.
Tekanan berbalik ke Inggris. Jadon Sancho yang selama Euro 2020 hanya mendapatkan minute play (menit bermain) sedikit saja, maju. Di klubnya sebelumnya, Borussia Dortmund, anak muda 21 tahun ini hebat dalam mencetak gol.
Namun, Sancho yang baru masuk lapangan di menit ke-120, rupanya kakinya belum 'panas'. Sepekannya lemah. Bola yang dia arahkan ke kiri gawang, bisa diblok Donnarumma. Inggris tertinggal 2-3.
Ketegangan pun terjadi. Italia bisa juara bila Jorginho, sang penendang kelima bisa menuntaskan tugasnya. Persis seperti saat melawan Spanyol. Sebab, bila gol, Italia akan unggul 4-2.
Tapi, tekanan di final memang lebih besar dari semifinal. Jorginho, sang spesialis penalti itu gagal.
Bila saat melawan Spanyol, dia nampak sangat tenang, kali ini tampak ragu ketika menendang bola ke kanan gawang yang bisa ditepis oleh Pickford.