Adu penalti pun jadi penentu. Ini merupakan kali kedua, final Piala Eropa ditentukan lewat adu penalti setelah final tahun 1976 yang mempertemukan Chekoslovakia dan Jerman.
Di babak adu penalti, Inggris sebenarnya lebih diuntungkan. Sebab, Inggris tahu siapa saja eksekutor penalti Italia ketika melawan Spanyol di semifinal.
Inggris juga tahu bagaimana cara pemain-pemain Italia dalam mengeksekusi penalti seperti yang saya ulas di tulisan sebelumnya berjudul Benarkah Inggris Diuntungkan Bila Final Diakhiri Adu Penalti?
Pelatih Inggris, Gareth Southgate juga sengaja memasukkan Rashford dan Sancho di menit ke-120. Tujuannya tentu menjadikan mereka penendang penalti. Sebab, keduanya dikenal cukup piawai menendang penalti di level klub.
Italia mendapat giliran pertama. Dan memang, pelatih Italia, Roberto Mancini memilih penendang penalti yang nyaris sama seperti saat melawan Spanyol, kecuali penendang pertamanya.
Manuel Locatelli yang gagal kala melawan Spanyol, digantikan Domenico Berardi. Hasilnya, Berardi bisa memedaya Jordan Pickford, kiper Inggris. Harry Kane menyamakan skor 1-1.
Toh, anggapan Inggris mendapat keuntungan itu sempat mendapat pembenaran. Inggris sempat unggul ketika Pickford mampu memblok sepakan Andrea Belotti, eksekutor kedua Italia.
Belotti yang sukses saat adu penalti melawan Spanyol, kali ini nampak canggung. Bila melawan Spanyol, dia mengarahkan bola ke kanan gawang, kali ini dia menempatkan bola ke kiri gawang.
Mungkin dia mengira Pickford menganggap dirinya bakal mengarahkan tendangan ke arah yang sama. Ternyata, Pickford menunggu. Sepakan Belotti pun bisa diblok.
Lantas, Harry Maguire, seorang bek, memberi contoh kepada para juniornya bagaimana menendang penalti yang benar. Sepakannya ke pojok atas kiri gawang, memedaya Gianluigi Donnarumma, kiper Italia. Inggris pun unggul 2-1.
Seharusnya, momen itu membuat pemain-pemain Italia tertekan. Sebaliknya, pemain-pemain Inggris semakin termotivasi oleh sukses Kane dan Maguire.