Memang, lawan yang dihadapi adalah rekan mereka sendiri. Namun, jangan lupa, rekan latihan mereka juga banyak yang berstatus pemain top.
Beberapa di antaranya masuk dalam ranking 20 besar BWF. Tentu mereka menjadi lawan sepadan. Artinya, tujuan PBSI agar mereka mendapatkan atmosfer bertanding, bisa tercapai.
Beberapa hari setelah simulasi itu, China juga melakukan hal serupa untuk menyiapkan atlet-atlet bulutangkisnya. Bahkan, mereka mengemas lapangan dan arena laksana di Oimpiade.
Meski, beberapa wakil Olimpiade ternyata kalah di laga simulasi tersebut. Seperti Ginting yang dikalahkan Shesar Hiren Rustavito lewat rubber game. Praveen/Melati juga kalah dari pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Mentari. Begitu juga Gregoria dan Hendra/Ahsan.
Toh, hasil itu tidak membuat PBSI cemas. Justru, hasil itu dianggap menjadi masukan penting bagi para pelatih untuk bisa melakukan evaluasi dan koreksi.
Para pelatih bisa melihat apa saja faktor yang membuat para duta Olimpiade itu sampai kalah dalam simulasi tersebut. Lantas, di waktu tersisa, pelatih bisa memperbaiki yang kurang. Sehingga, pemain bisa lebih siap.
Sementara atlet-atlet di cabor lainnya pasti juga tengah mempersiapkan diri secara matang. Mereka tentu ingin meraih hasil terbaik di Olimpiade.
Salah satunya Eko Yuli Irawan yang cukup rajin memposting program latihannya di akun Instagramnya.
"Waktu bertanding sudah semakin dekat dan sebelum berangkat ke Olimpiade Tokyo, saya selalu menjaga fokus dan semangat dalam latiha supata bisa mengharumkan nama Indonesia," tulis Eko Yuli di postingan IG nya, kemarin.
Yang jelas, penundaan Olimpiade yang seharusnya digelar tahun lalu, juga menjadi berkah terselubung bagi para atlet.Â
Memang, jadwal latihan mereka jadi berantakan karena sudah siap tampil tahun lalu ternyata ditunda. Tapi setidaknya, mereka jadi punya persiapan lebih panjang.