Saya tahu, pemain-pemain Inggris akan sangat termotivasi tampil di final pertama mereka di Piala Eropa setelah menunggu lebih dari 50 tahun. Apalagi, mereka akan bermain di rumahnya sendiri.
Saya tahu, tim Inggris di Euro 2020 ini sangat kuat. Pertahanan mereka solid dan baru kemasukan satu gol. Lini penyerangan mereka juga menakutkan dengan mencetak 8 gol di babak gugur.
Namun, Italia yang juga belum terkalahkan, memiliki sedikitnya tiga keuntungan yang tidak dimiliki Inggris di final nanti.
Secara kualitas pemain, kedua tim mungkin berimbang. Secara head to head, rekor kedua tim juga cukup setara. Italia menang 10 kali dan Inggris menang 8 kali dari 27 perjumpaan.
Tapi, tiga keuntungan Italia itu sangat mungkin akan menjadi faktor pembeda di laga final yang akan dipimpin wasit asal Belanda, Bjorn Kuipers tersebut.
Apa saja?
Alasan pertama, Italia memiliki pelatih yang tahu sepak bola Inggris. Kita tahu, Pelatih Italia, Roberto Mancini (56 tahun) pernah cukup lama melatih di Inggris.
Mancini melatih Manchester City selama empat musim (2009/2013). Jauh sebelum City sukses seperti sekarang, Mancini-lah pelatih yang memberi gelar Premier League pertama bagi City di musim 2011/12. Sebelumnya, City juga dibawanya juara Piala FA 2010/11 dan menang di laga Community Shield 2012.
Mancini, sang mantan striker flamboyan ini juga pernah sebentar mencicipi Premier League sebagai pemain. Di awal tahun 2001, di usia 36 tahun, dia dipinjamkan oleh Lazio ke Leicester City.
Meski, Mancini hanya lima kali bermain, lantas kembali ke Italia. Tapi itu menjadi awal kecintaannya pada sepak bola Inggris sehingga kemudian melatih City.
Terkait gelar yang diraih Mancini bersama City, kita mungkin tergoda berkomentar nyinyir. Bahwa, apa susahnya juara di klub yang disokong dana melimpah seperti City sehingga diperkuat banyak pemain bintang.