Namun, meski punya niatan untuk berbagi kabar penting di grup WA warga, hindari menyebarkan berita yang tidak benar. Hoaks.
Ketika mendapat pesan berantai di grup WA, jangan terlalu bersemangat untuk langsung membagikan ke grup lainnya. Baca dan cek terlebih dulu kebenarannya.
Jangan asal main share, lantas ketika ditanya apakah informasi tersebut benar atau tidak, kita dengan mudahnya berucap "saya dapat grup sebelah".Â
Nah yang terakhir, menjadi tetangga baik di masa pandemi, tercermin dari bagaimana kita bersikap terhadap tetangga yang sudah sembuh setelah menjalani isolasi mandiri di rumah maupun yang di rumah sakit.
Sebab, tidak semua orang mau memahami bahwa terpapar Covid-19 itu bukan aib. Sehingga, ketika si penyintas Covid sudah pulih, mereka menjauhi si penyintas tersebut.
Situasi seperti itu pernah dirasakan seorang kawan saya di kota tetangga nun jauh di sana.
Dia bercerita, dia dan istrinya pernah positif. Ketika dirinya sudah pulih, saat ke luar rumah  sekadar untuk berbelanja kebutuhan, tetangganya langsung masuk ke rumah seraya menutup pintu. Seolah dia itu wabah yang dijauhi.
Padahal, siapa sih yang mau terpapar virus ini. Beberapa kawan yang pernah terpapar, mengaku sudah menjalankan protokol kesehatan semisal bermasker dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan, tetapi ternyata terpapar. Mereka tidak tahu terpapar oleh siapa dan di mana.
Padahal, siapa sih yang rela kasus Covid-19 ini naik lagi setelah situasinya mulai melandai.
Tentu saja, kita boleh sebal dengan situasi yang terjadi. Tapi, sesebal apapun, kenyataan yang terjadi ya begini. Yang terpenting sekarang, menjaga kesehatan diri dan keluarga. Dan jangan lupa, menjadi tetangga yang baik. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H