Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pesohor Akuisisi Klub Sepak Bola, Semoga Tak seperti Tren "Kue Artis"

9 Juni 2021   07:05 Diperbarui: 10 Juni 2021   03:26 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lha wong mereka terakhir kali juara Liga Inggris terjadi di tahun 1968 atau 40 tahun di masa lalu. Sebelum muncul pemilik baru super kaya, City hanya klub biasa di Inggris. Jangan bandingkan mereka dengan Manchester United karena memang tidak selevel.

Namun, dengan adanya kekuatan uang yang bisa mendatangkan pemain-pemain mahal dan pelatih bagus bergaji tinggi, situasi di Manchester City berubah. Di musim ketiga, mereka meraih Piala FA 2010/11.

Lalu, di musim keempat, mereka akhirnya juara Liga Inggris bersama pelatih Roberto Mancini yang kini menjadi pelatih Timnas Italia.

Bahkan, dalam 10 tahun terakhir, City yang kini dilatih Pep Guardiola, menjadi tim yang paling sering juara Liga Inggris. Mereka sudah bisa keluar dari bayang-bayang tim sekota mereka.

Apakah kelak klub-klub Liga 2 yang diakuisisi para pesohor itu bisa menapaki jejak sukses seperti Manchester City?

Selama memang para pesohor itu punya komitmen besar untuk membesarkan klubnya. Selama mau keluar duit gedhe demi mendatangkan pemain-pemain bagus. Selama gaji pemain lancar-lancar saja. Plus, mampu meyakinkan pelatih bagus untuk bergabung.

Bila itu terpenuhi, rasanya tidak ada cerita yang tidak mungkin. Bilapun belum bisa lolos langsung ke Liga 1 atau Liga 2, minimal klub-klub milik para pesohor itu bisa bersaing di kompetisi yang mereka jalani. Bisa eksis. Nggak hanya numpang lewat semusim tapi tetap survive di musim berikutnya.

Ya, selama ada kemauan dan komitmen kuat untuk membesarkan klub yang diakuisisi, saya yakin klub-klub sepak bola "mendadak kaya" itu tidak akan bernasib seperti kue artis di masa lalu. Sempat ramai dan jadi tren. Lantas kini jarang terdengar kabarnya.

Apalagi, klub sepak bola jelas beda dengan bisnis kuliner. Di klub sepak bola, ada suporter yang loyal. Ada klub-klub yang punya basis suporter kuat. Ada unsur kedekatan emosional klub dengan daerah (nama kota tempat klub bernaung).

Bila klubnya memang dikelola serius, dibangun dengan tekad kuat demi memburu prestasi, tentu suporter itu juga bakal antusias mendukung kiprah mereka. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun