Lha wong klub yang dulu pernah diperkuat pemain-pemain top seperti Epalla Jordan, Aliyudin, dan Yandri Pitoy tersebut nyaris mati suri dan nggak terdengar kiprahnya.
Kini, hadirnya Gading di Persikota, tentu diharapkan bisa membuat gairan sepak bola di Tangerang jadi berlipat-lipat.
Siapa tahu, dengan statusnya sebagai Milanisti 'kelas berat', kelak Gading bisa membawa mantan pemain AC Milan ke Tangerang ketika klub itu sudah berkompetisi di papan atas. Buktinya, sama Pato saja dia kenal.
Keseriusan para pesohor akan diuji
Tentu saja, keriuhan pemberitaan masuknya artis di panggung sepak bola ini baru awalan. Keseriusan mereka untuk membesarkan klub sepak bola akan terlihat dari bagaimana mereka menyiapkan tim. Siapa saja pemain yang direkrut. Juga pelatihnya.
Lantas, ujian sebenarnya adalah ketika kompetisi dimulai. Apakah gaji pemain lancar-lancar saja. Apakah sang pesohor yang superpadat kegiatannya, masih mau menyempatkan hadir di lapangan dan membaur dengan pemainnya.
Saya memilih berprasangka baik. Gading dan Atta, seperti halnya Raffi, tentu ingin membawa klubnya berprestasi. Toh, sebagai entertainer, sepak bola juga bisa menjadi wadah hiburan bagi masyarakat. Plus, investasi dan prestasi.
Siapa tahu, karena jaringan pertemanan luas yang mereka miliki dan juga inovasi dalam menjalankan bisnis sepak bola, mereka bisa mengubah stigma Liga 2 yang dulunya mungkin dianggap tidak menarik secara investasi.
Bicara investasi di sepak bola, itu bukan hanya soal apakah bisnisnya menjanjikan atau tidak. Tapi juga soal prestasi. Tentang pencapaian klub yang "mendadak kaya" setelah dibeli oleh pesohor berduit. Dari klub biasa, lantas berprestasi.
Sekadar memberikan komparasi, apa yang dialami beberapa klub kaya mendadak di Eropa, salah satunya Manchester City di Inggris, dulu juga bermula dari klub biasa.
Ya, tengoklah Manchester City. Sebelum kekuatan uang dari Abu Dhabi United Group datang pada Agustus 2008 silam, apa sih prestasi City?