Beberapa hari lalu, ada akun media sosial yang mengangkat ulasan perihal Rans Cilegon FC dengan tema "Mengangkat sepak bola Indonesia: gimmick atau bukan?"
Akun itu menyodorkan beberapa fakta yang telah dilakukan Raffi Ahmad di klub barunya, lantas bermuara pada pertanyaan: gimmick atau bukan?
Di antaranya perekrutan striker Syamsir Alam. Syamsir, mantan pemain Timnas yang sudah lama tidak bermain di kompetisi reguler dan sering wara-wiri di TV sebagai pesohor, kini kembali merumput.
Atau juga kabar tentang janji Raffi akan memberikan bonus mobil bagi pemain yang bisa mencetak 30 gol. Kabar terakhir, Rans Cilegon FC beruji tanding dengan klub Liga 1, Arema dan membuka layanan streaming service berbayar untuk menonton pertandingan.
Siapapun boleh berkomentar apa saja. Karena memang, sebuah kabar tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Akan selalu ada warna-warni pendapat dan komentar. Apalagi di sepak bola.
Apapun itu, saya menganggap kehadiran para pesohor di panggung sepak bola, menjadi angin segar bagi sepak bola Indonesia. Demi kemajuan sepak bola Indonesia.
Saya yakin, ketika mengakuisisi klub Liga 2, para pesohor itu punya misi membawa klub itu "naik kelas'. Baik ke Liga 1 maupun ke Liga 2.Â
Caranya tentu dengan tampil bagus di kompetisi Liga 2 ataupun Liga 3. Jadi tidak sekadar tampil dan mengincar publikasi di media.
Semisal kiprah Raffi. Bila pun hampir setiap apa yang terucap dan dilakukannya bersama Rans United disorot media (mulai bonus mobil hingga perekrutan pemain), saya menganggap itu upaya untuk mengenalkan timnya sekaligus merangkul fans.
Atau, ketika mantan penyerang AC Milan asal Brasil, Alexander Pato memberikan ucapan selamat kepada Gading Marten setelah dikabarkan jadi pemilik baru Persikota, itu juga bagian tak terpisahkan dari upaya publikasi.
Malah, ketika Gading dikabarkan sudah sah jadi pemilik baru Persikota, saya yakin suporter tim yang pernah mendapat julukan "Bayi Ajaib" itu ikut semringah. Senang.