Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

BWF Hall of Fame, Zhang Ning, dan Kenangan Rivalitasnya dengan Mia Audina

4 Juni 2021   06:13 Diperbarui: 4 Juni 2021   06:15 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, di fase semifinal, dia membuat patah hati jutaan penggemar bulutangkis Indonesia ketika mengalahkan Maria Kristin Yulianti.

Zhang memupus mimpi badminton lovers Indonesia yang ingin kembali menyaksikan tunggal putri Indonesia tampil di final Olimpiade setelah Susy Susanti di Barcelona 1992 silam.

Zhang Ning yang gantung raket pada November 2008, juga merupakan juara dunia BWF 2003. Dia juga menjadi bagian dari tim Uber Cup China yang juara pada tahun 2004 dan 2006. Serta, menjadi bagian dari tim Sudirman Cup China yang membawa pulang trofi pada tahun 2005 dan 2007.

Kenangan duel Zhang Ning dan Mia Audina

Di bagian sebelumnya, saya menulis merasa punya 'ikatan emosional' dengan Zhang Ning. Ya, menyebut nama ini, ingatan saya langsung kembali ke tahun 1994 silam.

Terkenang dengan final Piala Uber paling dramatis antara tim Indonesia melawan tim China yang digelar di Jakarta. Sekaligus terkenang dengan sosok Mia Audina.

Saya masih teringat kilatan cuplikan kejadian-kejadian di final melegenda itu. Kala itu, saya menyaksikannya via televisi di rumah tetangga.

Masih ingat ketika saya, beberapa tetangga, dan pemilik rumah, bersorak hebat ketika pemain Indonesia mendapat poin dan menang. Lantas cemas ketika pemain Indonesia ketinggalan poin.

Memutar kembali ingatan, di final yang digelar di Istora Senayan pada 20 Mei 1994 tersebut, tim putri Indonesia sempat unggul nyaman 2-0. Susi Susanti mengalahkan musuh bebuyutannya, Ye Zhaoying, di pertandingan pertama.

Lantas, pasangan ganda putri idola saya kala itu, Finarsih dan Lili Tampi, tampil hebat mengalahkan pasangan Chen Ying/Wu Yuhong. Indonesia unggul dua kemenangan. Itu artinya, tim Indonesia butuh satu kemenangan lagi untuk juara.

Sayangnya, tim China justru mengambil dua kemenangan lewat Han Jingna yang mengalahkan Yuliani Santosa. Lalu, pasangan ge Fei/Gu Jun mengalahkan Eliza Nathanael/Zelin Resiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun