SEHARI jelang Paris Saint Germain (PSG) menghadapi Barcelona di Camp Nou pagi tadi, di sesi latihan, Kylian Mbappe menghampiri pelatihnya, Mauricio Pochettino.
Kepada pelatih asal Argentina yang pernah melatih Espanyol--tim sekota Barcelona itu, Mbappe bertanya.
"Berapa kali Anda menang di sini sebagai pelatih?
Pocchettino menjawab: "Sekali, dengan Espanyol".
Mbappe lantas menjawab : "Baiklah, besok akan menjadi dua".
Percakapan tersebut bukan perbincangan imajiner. Itu sungguhan. Wawancara itu dilansir dari akun Barcastuff yang lantas diulas oleh media Sport.
Namun, bukan soal percakapan imajiner atau tidak yang menjadi sorotan penggemar bola di dunia. Tapi, tentang Mbappe yang menepati ucapannya kepada Pochettino.
Mbappe Tampil Seperti Messi Ketika muda
Ya, pagi tadi, Mbappe tampil bak seorang maestro bola ketika mengantar timnya, Paris Saint Germain (PSG) menang 4-1 di markas Barcelona pada laga leg I babak 16 besar Liga Champions, Rabu (17/2).Â
Barcelona sebenarnya unggul lebih dulu ketika Lionel Messi memaksimalkan 'hadiah' penalti di menit ke-27. Sebelumnya, Frenkie de Jong terjatuh ketika mengejar bola dan dikawal dua pemain PSG.
Namun, gol itu ternyata sekadar kamuflase dari wajah pertandingan itu. Sebab, PSG lantas bisa mencetak empat gol. Tiga gol dari Mbappe di menit ke-32, 65, dan 85. Hat-trick. Satu gol lainnya dicetak Moise Kean di menit ke-70.
Dikutip dari bbc.com, sepanjang sejarah Liga Champions, Mbappe menjadi pemain ketiga yang membuat hat-trick kala melawan Barcelona setelah Faustino Asprilla dan Andriy Shevchenko.
Mbappe menyamai ukiran apik Andriy Shevchenko yang mencetak trigol di Camp Npu pada 5 November 1997.
Kala itu, Shevchenko yang masih berusia 21 tahun, mencetak hat-trick saat membawa timnya, Dynamo Kiev menang 4-0 di Camp Nou. Dari situ, dunia melihat potensi penyerang muda Ukraina ini.
Kembali ke Mbappe, anak muda yang pada 20 Desember 2020 lalu baru genap berusia 22 tahun ini benar-benar menikmati pertandingan melawan Barcelona. Dia mendapat banyak pujian. Dari media. Juga dari sesama pemain bola.Â
Media asal Inggris, BBC menulis kalimat menarik.
"Messi, regarded as one of the greatest players of all time, was then upstaged on his own turf by France World Cup winner Mbappe as PSG ruthlessly exposed the hosts".
Ya, Mbappe seperti 'merendahkan' marwah Messi, salah satu greatest of all time (GOAT) di sepak bola, di rumahnya sendiri. Penampilan Mbappe seperti menghipnotis pemain-pemain Barca yang gelagapan dan kewalahan menghentikannya.
Dan memang, melihat penampilan Mbappe pagi tadi, orang jadi tertingat pada Lionel Messi ketika muda.
Olah bolanya tenang. Lihat ketika dia mencetak gol pertama PSG. Dalam waktu sekian detik usai menerima bola flick dari Marco Verratti, dia mampu mengecoh Christian Lenglet lantas menyamakan skor. Â
Larinya kencang. Entah berapa kali, bek kanan Barca, Sergino Dest yang diplot mengawal Mbappe, hanya bisa menangkap bayangannya. Bek senior Barca, Gerrard Pique juga sampai harus menarik kaos Mbappe demi menghentikan laju kencangnya.
Dan, caranya menyelesaikan peluang sungguh jempolan. Tengok bagaimana gol kedua Mbappe. Ketika peluang dari umpan crossing nyaris terbuang, dia lantas menyambar bola dari jarak 10 yard.
Penyelesaiannya untuk gol keempat PSG juga luar biasa. Menerima sodoran dari Julian Draxler, Mbappe langsung menendang bola dengan teknik placing. Mengirim bola secara melengkung. Mengecoh Ter Stegen.
Sebenarnya, Ter Stegen tampil hebat. Andai bukan kiper Jerman ini yang mengawal gawang, Barca bisa kalah lebih besar. Ter Stegen menggagalkan empat peluang emas PSG. Satu peluang Mbappe dan Kurzawa, serta dua peluang Kean.
Namun, apalah daya seorang kiper tanpa dilindungi pertahanan yang kokoh. Sehebat apapun, dia hanya seorang diri yang boleh menangkap bola. Ter Stegen pun hanya bisa pasrah harus empat kali memungut bola dari gawangnya.
Teringat "La Remontada" di musim 2016/17
Toh, meski kalah telak di kandang sendiri, nasib Barcelona di Liga Champions musim ini belum tamat. Masih ada peluang bagi Barcelona untuk lolos ke perempat final.
Sebab, babak 16 besar Liga Champions digelar dalam dua leg. Dua pertandingan. Masih ada leg II di Paris pada 11 Maret mendatang.
Warganet yang merupakan fans Barcelona masih yakin, timnya akan bisa membalik situasi (come back) di leg II nanti. Mereka berujar, lha wong dulu Barcelona kalah 0-4 di leg pertama, bisa membalik situasi.
Ya, dulu, pada babak 16 besar Liga Champions musim 2016/17 silam, Barcelona juga bertemu PSG. Di leg pertama di Paris, PSG menang 4-0.
Ketika dianggap mustahil bisa come back, Barca berbalik menang 6-1 di leg II dan lolos ke perempat final.
Mungkinkah cerita itu berulang? Bisa saja.
Namun, patut diingat, komposisi Barca musim 2020/21 ini yang didominasi pemain-pemain muda yang belum teruji di Liga Champions. Sangat berbeda dengan musim 2016/17 yang penuhi pemain matang. Tidak bisa dibandingkan.
Kala itu, Barca masih punya Neymar, Luis Suarez, Andres Iniesta, dan Ivan Rakitic. Lini belakang Barca juga masih diperkuat Javier Mascherano. Plus kombinasi Pique dan Samuel Umtiti.
Satu lagi, come back Barcelona terjadi di kandang sendiri. Kini, mereka harus memainkan laga leg II di Paris. Dengan keharusan menang 4-0. Sebab, menang 3-0 belum cukup. Bila seperti itu, meski agregat gol akan sama 4-4, tapi Barca akan kalah aturan gol away.
Namun, bila merujuk pertandingan pagi tadi, Pelatih Barca, Ronald Koeman, punya sejumlah pekerjaan rumah yang harus segera diberesi.
Tidak hanya memikirkan bagaimana menyetop keganasan Mbappe di Paris, Koeman, pahlawan Barcelona saat pertama kali juara Liga Champions (1992), Â juga harus memutar otak bagaimana meng-upgrade penampilan anak asuhnya.
Sebab, hampir semua pemain Barcelona tampil tidak dengan penampilan terbaik mereka. Hanya Messi yang terbilang tampil masih bagus. Lainnya mendapat nilai 5.
Statistik pertandingan juga menunjukkan, Barca meski unggul dalam penguasaan bola sebesar 53 persen, tetapi mereka kalah jauh dalam hal menciptakan peluang.
Faktanya, dari 12 percobaan shots yang dilakukan Messi dkk, hanya empat yang mengarah ke gawang. Bandingkan dengan PSG yang bisa sembilan kali mengancam gawang Ter Stegen dari 16 percobaan.
Jadi, apakah Barca bisa kembali come back di Paris?
Pochettino jelas akan menolak kemungkinan itu. Dia tentu tidak ingin menyia-nyiakan kemenangan apik di Camp Nou.Â
Pelatih yang pernah membawa Tottenham Hotspur ke final Liga Champions 2019 ini tentu tidak ingin menjadi pesakitan seperti Unai Emery. Pendahulunya di PSG yang menjadi korban cerita 'La Remontada' pada musim 2016/17 silam.
Sebaliknya, Pochettino tentu ingin mengantar Mbappe menyempurnakan penampilannya melawan Barca. Bahwa, penampilan masterclass nya di Camp Nou tadi baru setengahnya. Setengahnya lagi di Paris. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H