"Lha yo nggak ngerti Leh. Yah mungkin hitungan pageviews K berbeda dari hitunganmu?"
Sebenarnya bukan diplomatis. Tapi lebih menghindari 'debat kusir' perihal sesuatu yang saya sendiri kurang tahu. Karena urusan K-Rewards memang urusannya yang berwenang mengurusi.
Bila mau bertanya seputar bagaimana memproduksi tulisan dan menulis di Kompasiana, saya masih bisa menjawabnya. Namun, kalau urusan itu, ampun bang jago !
Namun, saya lantas mencoba menyampaikan penjelasan. Lebih tepatnya memotivasi dirinya agar tidak berhenti menulis hanya karena belum mendapatkan K-Reward di bulan pertama ketika dirinya mulai konsisten menulis.
Sebab, saya tidak mau bila dia mendadak berhenti menulis seperti sebelumnya. Dia sebenarnya sudah terdaftar sejak dua tahun lalu. Namun, lantas berhenti total menulis di Kompasiana.
Nah, mumpung sekarang sedang menemukan semangat, saya tidak mau semangatnya yang saya ibaratkan seperti nyala lilin, mendadak padam hanya karena kabar itu.
Saya sampaikan, sejak dulu saya sering menyemangati kawan yang menulis di Kompasiana untuk tidak menjadikan K-Reward sebagai satu-satunya tujuan. Boleh tapi jangan jadi tujuan utama.
Sebab, bila tidak tercapai, rasanya sakit. Seperti mendapat undangan resepsi dari mantan yang menikah. erih. Â
"Menulis dulu. Nulis yang banyak. Konsisten. Nanti juga dapat (K-Reward)," pesan saya.
Anggap K-Reward sebagai cermin untuk bercermin
Saya memahami kekecewaannya. Sebab, saya tahu, beberapa tulisannya butuh usaha ekstra. Bahkan butuh waktu hampir dua jam untuk menuntaskannya. Tapi, pembacanya sedikit. Tidak sebanding dengan usahanya.