Namun, menjadi orang tua tipikal seperti ini ketika belajar daring, bukan berarti bebas stres. Sebab, tidak setiap hari anak rajin. Terkadang, mereka juga bosan dan lantas bad mood karena setiap hari melakukan aktivitas yang begitu-begitu saja.
Nah, ketika anak tengah malas dan nggak mood untuk mengerjakan tugasnya sementara ada batas waktu jam sekian tugasnya sudah harus dikumpulkan, maka orang tua mendadak bisa stres.
Orang tua yang awalnya punya stok sabar melimpah, bisa berubah jadi uring-uringan. Marah-marah. Bukankah itu akumulasi dari stres.
Mengapa bisa begitu?
Sebab, kebanyakan orang tua, meskipun tidak memburu nilai sempurna, tetapi tidak mau bila anaknya dianggap tidak mengumpulkan tugas.Â
Bila tidak mengumpulkan tugas berarti tidak mendapatkan nilai dari gurunya di mata pelajaran tersebut. Karenanya, mereka berupaya agar anaknya, tetap mengumpulkan tugas. Â
Dipahami-Disabari, Solusi Anti Stres Saat Mendampingi Anak Belajar Daring
Hari-hari seperti itu yang kerap kami (saya dan istri) jalani selama anak-anak belajar daring di tahun 2020 lalu. Ada saja drama yang muncul ketika mendampingi si sulung kelas 4 SD dan si bungsu kelas 2 SD.
Namun, kami sadar, stres yang berwujud marah-marah, bukanlah yang dibutuhkan anak-anak saat belajar daring. Mereka sebenarnya hanya butuh dipahami dan disabari.
Dipahami. Sebagai orang tua, kita harus paham, bahwa bisa jadi mereka juga tertekan karena gaya bersekolahnya mendadak berubah.
Berubah bukan hanya karena tidak bisa bertemu guru dan teman-temannya di sekolah. Tetapi ada yang dulunya jarang mendapat pekerjaan rumah, kini setiap hari mendapat tugas di rumah. Ya namanya memang 'sekolah di rumah'.
Disabari. Sebagai orang tua, kita harus tahu bahwa terkadang anak-anak juga butuh jeda. Tidak bisa mereka dipaksa terus menerus mengerjakan tugasnya. Selesai tugas mata pelajaran A langsung mengerjakan tugas B. Mereka juga butuh jeda sejenak. Lha wong bila sekolah tatap muka saja ada masa istirahatnya. Jadi kita harus sabar.