Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Setelah Sekian Purnama, Manchester United Kini Berpeluang Juara

2 Januari 2021   07:40 Diperbarui: 3 Januari 2021   02:07 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Manchester United merayakan gol Bruno Fernandes ke gawang Aston Villa pada laga lanjutan Liga Inggris yang berlangsung Sabtu (2/1/2021) dini hari WIB di Stadion Old Trafford, Manchester.| Sumber: CARL RECINE/POOL/AFP via Kompas.com

Akhir tahun kemarin, 31 Desember 2020, Sir Alexander Chapman Ferguson berulang tahun. Pelatih yang membawa Manchester United menjadi klub paling sukses dalam sejarah Premier League Inggris ini genap berusia 79 tahun.

Menariknya, di ulang tahunnya ini, banyak orang yang mendadak ingat dengan Sir Alex bahkan sebelum hari jadinya. Penyebabnya adalah ajang Globe Soccer Awards.

Di luar dugaan, Sir Alex ternyata tidak terpilih sebagai yang terbaik. Pep Guardiola-lah yang meraih gelar "Coach of the Century" untuk periode 2001--2020 di ajang Globe Soccer Awards tersebut.

Guardiola mengalahkan nama-nama beken. Selain Sir Alex, ada Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Zinedine Zidane, Joachim Loew, dan Didier Deschamps.

Terpilihnya Guardiola itu mengundang perdebatan di media sosial. Banyak yang menganggap bahwa Sir Alex Ferguson-lah yang lebih pantas merujuk pencapaiannya di Manchester United selama rentang waktu 2001 hingga pensiun pada 2013 lalu.

Namun, ada pula yang menganggap Guardiola memang yang terbaik. Bukan hanya karena dia sudah meraih 30 trofi sejak melatih tim Barcelona senior pada musim 2008/09 lalu. Tapi, Guardiola pernah mengalahkan Sir Alex dua kali di final Liga Champions 2009 dan 2011.

Meski, perdebatan tentang parameter saling mengalahkan itu ternyata panjang urusannya. Sebab, bila itu dijadikan acuan, maka pelatih Manchester United sekarang, Ole Gunnar Solksjaer juga lebih baik dari Guardiola. Sebab, musim lalu, Ole mampu dua kali mengalahkan Guardiola.

Saya tidak tahu bagaimana respons Sir Alex perihal terpilihnya Guardiola itu. Yang jelas, saya tidak menemukan komentar dari pelatih kharismatik asal Skotlandia itu di laman berita.

Tapi yang jelas, Sir Alex kini sepertinya sedang bahagia. Pria yang masih sering datang ke Old Trafford untuk menyaksikan langsung Manchester United tampil, pasti sedang gembira. Pasalnya, Tim Setan Merah--julukan Manchester United, kini sedang tampil bagus-bagusnya di Premier League.

Kalahkan Aston Villa, MU Kini "Berbagi Puncak" dengan Liverpool

Penalti Bruno Fernandes menjadi penentu kemenangan Manchester United, 2-1 atas Aston Villa pada laga ke-16 di Premier League, Sabtu (2/1). MU kini menyamai poin Liverpool di puncak klasemen/Foto: newsdome.co.za
Penalti Bruno Fernandes menjadi penentu kemenangan Manchester United, 2-1 atas Aston Villa pada laga ke-16 di Premier League, Sabtu (2/1). MU kini menyamai poin Liverpool di puncak klasemen/Foto: newsdome.co.za
Penampilan bagus MU kembali "memakan korban". Usai Subuh tadi , MU meraih kemenangan penting atas tamunya, Aston Villa 2-1, pada pertandingan ke-16 mereka di Liga Inggris, Sabtu (2/1/2021).

Sebuah pertandingan yang ketat. Saling serang. Aston Villa musim ini memang tampil bagus. Mereka pernah mempermalukan Liverpool dan Arsenal. MU butuh 40 menit untuk mendapatkan gol pertama.

Umpan sodoran dari Aaron Wan-Bissaka yang melesat di sisi kanan pertahanan Villa, disambar Anthony Martial lewat diving header alias menyundul bla sembari menjatuhkan badan. MU pun menutup babak pertama dengan keunggulan satu gol.

Di menit ke-58, Villa menyamakan skor 1-1. Bertrand Traore berhasil meneruskan umpan Jack Grealish. Hanya berselang tiga menit, MU kembali unggul. Wasit Michael Oliver memberi MU penalti karena menilai Paul Pogba dilanggar bek Villa di kotak penalti.

Bruno Fernandes maju. Kali ini, pemain MU paling ganas ini tidak melakukan gerakan angkat satu kaki yang menjadi ciri khasnya sebelum menendang. Bruno menendang keras bola ke pojok kanan gawang.

Kiper Villa, Emiliano Martinez sudah tepat membaca arah bola. Namun, bola meluncur lebih deras ke gawangnya. MU pun unggul 2-1 dan itu menjadi skor akhir laga itu.

Penalti untuk MU itu digugat. Penalti itu dianggap abu-abu. Dalam wawancara seusai laga, Pelatih Villa, Dean Smith terang-terangan menyebut timnya kalah karena penalti yang meragukan. Dia bahkan menuding Pogba sengaja "tersandung" di kotak penalti Villa untuk mendapatkan penalti.

"Saya sempat berpikir itu penalti, tapi saya melihatnya setelah pertandingan dan melihat dia (Pogba) tersandung sendiri. Saya tidak berpikir itu penalti," ujar Dean Sith dikutip dari BBC Sport.

Apapun kontroversi yang terjadi, MU memang layak menang di pertandingan yang menarik ditonton ini. MU menciptakan 19 peluang (shots), 9 di antaranya mengarah ke gawang (shos on target) berbanding 15 (5) milik Villa. Andai kiper Villa tak tampil oke, MU bisa saja menang dengan skor lebih besar.

Tapi yang jelas, ini kemenangan penting. Sebab, raihan tiga poin di pertandingan ini membuat MU kini berbagi puncak klasemen dengan Liverpool, sang juara bertahan. Dua tim yang menjadi rival berat ini sama-sama mengumpulkan 33 poin dari 16 pertandingan.

Namun, Liverpool masih ada di peringkat pertama. Sebab, Premier League Inggris mengedepankan selisih gol bila ada tim yang memiliki poin sama. Dalam hal ini, selisih gol Liverpool (surplus 17) lebih bagus dari MU (surplus 9).

Tapi yang jelas, ini menarik. Ini kejadian langka. Ketika dua tim yang oleh pendukungnya dianggap sebagai King of England, kini bersaing memburu gelar Liga Inggris. Butuh beberapa tahun ke belakang untuk mendapati fakta seperti itu.

Sebab, kedua tim acapkali berjaya di waktu berbeda. Liverpool berjaya lebih dulu sebelum era Premier League dimulai pada musim 1992/93. Lantas, di era Premier League, giliran MU berjaya. Liverpool tak mampu meraih gelar juara Premier League selama MU dipimpin Sir Alex Ferguson.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketika Liverpool mulai tampil stabil dan kembali berjaya di era kepelatihan Jurgen Klopp, giliran MU yang masih tertatih-tatih kembali ke 'setelan pabrik' sebagai tim penguasa liga.

Sejak Sir Alex Pensiun, Baru Kali Ini MU Berpeluang Juara

Nah, musim ini, akan menarik melihat persaingan kedua tim dalam memburu gelar. Liverpool awalnya mungkin lebih diunggulkan. Termasuk oleh Gary Neville, mantan pemain MU yang kini menjadi pundit sky sports. Gary "hanya" memprediksi MU bakal masuk empat besar.

Namun, dengan penampilan tak terkalahkan MU di 10 laga terakhir, Bruno Fernandes dkk kini berpeluang juara. Ini merupakan kali pertama sejak musim 2012/2013 yang merupakan musim terakhir Sir Alex melatih, MU bisa bicara juara.

Setelah Sir Alex pensiun, MU seperti mengalami turun mesin di Premier League. Mereka lebih sering berjuang untuk finish di posisi empat besar. Termasuk di musim 2019/20 lalu.

Memang, MU sempat jadi runner-up di musim 2017/18. Namun, MU sebenarnya tidak ikut bersaing merebut gelar di musim itu. Sebab, jarak poin mereka terlalu jauh dengan Manchester City yang jadi juara, 81 poin berbanding dengan 100 poin.

Kini, setelah delapan tahun, MU sudah boleh bicara juara. Mereka tidak lagi hanya memburu posisi empat besar. Merea kini the real contender bagi Liverpool. Penantang sejati dalam perburuan gelar.

Padahal, MU sempat tampil amburadul di awal musim. Mereka pernah dikalahkan Tottenham Hotspur 1-6 dan dipermalukan Arsenal 0-1 di Old Trafford pada 1 November lalu.

Namun, kekalahan dari Arsenal itulah yang terakhir bagi MU. Setelah itu, dalam 10 laga, MU meraih 8 kemenangan dan 2 kali imbang. Artinya, MU bisa meraih 26 poin dalam 10 laga terakhir.

Sementara Liverpool justru beberapa kali tersandung. Dalam 10 laga terakhir, Liverpool hanya mampu meraih 20 poin. Hasil dari lima kemenangan dan lima kali hasil imbang.

Bila tren seperti itu berlanjut, MU berpeluang besar menggusur Liverpool dari pucuk klasemen. Sebab, dalam kompetisi yang panjang, tim yang tidak sering membuang poin alias yang paling konsisten menang-lah yang akan bisa berada di puncak.

Yang pasti kompetisi masih cukup panjang. Premier League musim ini baru memainkan 16 laga. Masih ada 22 laga menuju pekan terakhir. Masih ada banyak pertandingan krusial. Salah satunya pada 17 Januari nanti saat MU menantang Liverpool di Anfield.

Bahkan, persaingan memburu gelar bisa semakin panas. Sebab, Manchester City yang mulai konsisten, bisa melesat. Memang, Manchester City yang dilatih Pep Guardiola, kini baru ada di peringkat 8 dengan 26 poin.

Tapi, City baru bermain 14 kali. Artinya, bila bisa memenangi 2 laga 'tabungan' itu, poin City akan menjadi 32 poin. Hanya berjarak satu angka dengan Liverpool dan MU. Belum lagi bila Tottenham dan Chelsea juga bisa konsisten.

Nah, sampean (Anda) apakah sudah punya gambaran siapa tim yang akan juara di akhir musim nanti. Apakah tetap (jersey) warna merah? Apakah warna yang sama ataukah berbeda? Atau, beralih ke warna biru atau putih?

Andai MU bisa juara, Sir Alex rasanya bakal bahagia bukan main. Sebab, setelah dirinya pensiun melatih, pada akhirnya tim yang dibesarkannya bisa kembali juara. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun