Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester United dan Liverpool "Ajur Mumur" Jadi Lumbung Gol, Apa yang Salah?

5 Oktober 2020   07:20 Diperbarui: 5 Oktober 2020   09:04 2091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajur mumur. 

Itu istilah bahasa Jawa untuk menggambarkan situasi yang buruk. Bahkan sangat buruk.

Kalau dialihkan ke bahasa Indonesia sama dengan hancur berantakan atau juga babak belur. Atau bahkan sama dengan pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, dan ketiban sapi.

Kondisi ajur mumur itulah yang tadi malam dan dini hari tadi dirasakan dua klub pengoleksi gelar terbanyak di Liga Inggris, Manchester United (MU) dan Liverpool di pekan keempat Premier League, Minggu (4/10).

Ya, siapa sangka, Manchester United yang menurunkan 'formasi terbaik' nya, malah dihajar enam gol oleh tamunya, Tottenham Hotspur. MU kalah telak, 1-6 dari Spurs di Old Trafford.

Dua jam kemudian, giliran Liverpool yang juga ajur mumur di kandang Aston Villa. Tampil tanpa beberapa pemain utama karena cedera dan terpapar Covid-19, Liverpool bermain baik "tim amatiran". Siapa sangka, Si Merah dibantai Aston Villa 7-2 di Villa Park.

Ada apa dengan dua tim yang oleh penggemarnya acapkali dijuluki "King of England" ini?

Apakah MU dan Liverpool hanya kebetulan sedang menjalani hari buruk sehingga tampil amburadul, ataukah memang ini klimaks dari penampilan kurang oke di pekan-pekan sebelumnya?

MU sempat unggul cepat, kemudian...

Padahal, ketika satu jam sebelum peluit awal mula (kick off) MU menghadapi Tottenham dimulai dan daftar susunan pemain diumumkan, para pendukung Tim Setan Merah--julukan Manchester United, rasanya optimistis bakal menang.

Pasalnya, pelatih Ole Gunnar Solskjaer menampilkan formasi terbaik 4-2-3-1 dengan daftar starting XI terbaik. Dari kiper David de Gea, duet bek tengah Harry Maguire dan Eric Baily, juga dua full back, Wan-Bissaka dan Luke Shaw.

Di tengah, Paul Pogba berpasangan dengan Nemanja Matic sebagai 'holding midfielder'. Keduanya diberi tugas untuk menyaring serangan pemain-pemain Tottenham sebelum masuk ke pertahanan.

Lalu di lini serang, Bruno Fernandes diplot sebagai "pemain nomor 10" yang bermain di belakang Anthony Martial sebagai penyerang tengah. Sementara  Mason Greenwood dan Marcus Rashford bermain sebagai penyerang sayap.

MU sejatinya mengawali laga dengan senyuman. Belum satu menit, di detik 58, Martial dijatuhkan. Penalti. Fernandes maju. Dalam urusan ini, kita semua tahu, pemain Portugal ini memang ahlinya.

Dan memang, Bruno berhasil memedaya Hugo Llrois, kiper Tottenham. MU unggul cepat. Solskjaer bertepuk di tepi lapangan. Dia senang.

Namun, kegembiraan itu ternyata semu. Malah, gol itu seolah hanya 'pintu pembuka' dari datangnya perasaan perih sepanjang laga.

Pertandingan memasuki menit ke-7, MU sudah berbalik tertinggal. Spurs unggul lewat gol Tanguy Ndombele di menit keempat dan Son Heung-Min di menit ketujuh. Situasi bertambah buruk bagi MU ketika Martial dikartu merah di menit ke-28.

Babak pertama berakhir 1-4 setelah Spurs menambah dua gol lewat Harry Kane di menit ke-30 dan Son di menit ke-37. Lantas, di babak kedua, gol Serge Aurier dan penalti Harry Kane membuat Spurs meraih kemenangan terbesar mereka sejauh ini.

Ini kekalahan kedua MU di Liga Inggris musim ini. Ironisnya, dua-duanya terjadi di kandang. Ya, MU belum pernah menang di Old Trafford. Sebelumnya, MU kalah 1-3 dari Crystal Palace di laga pertama.

Bila dirunut ke belakang, ini kekalahan terburuk MU di Premier League sejak mereka dipermalukan Manchester City di Old Trafford dengan skor sama pada 2011 silam yang dikenang dengan selebrasi "Why Always Me" nya Mario Balotelli.

Imbas "pelit" di bursa transfer atau strategi Ole sudah terbaca ?

Sebenarnya, apa yang salah dengan MU sehingga mengalami kekalahan yang oleh Solskjaer disebut sebagai "It's my worst day ever" dalam karier kepelatihannya?

Padahal, Ole memainkan formasi yang di akhir musim lalu membuat MU sulit dikalahkan. Bahkan, rutin meraih kemenangan. Tapi mengapa, formasi itu kini malah membuat mereka ajur mumur.

Apakah hanya karena mereka bermain 10 pemain?

Menurut BBC, bukan kartu merah Martial itu yang menyebabkan MU ajur mumur. Sebab, sebelum Martial diusir keluar lapangan, MU sejatinya sudah bermain berantakan. Keluarnya Martial hanya semakin memperburuk situasi.

"United were completely outplayed, even before they were reduced to 10 men midway through the first half," begitu tulis bbc.com.  

Ya, kekalahan itu menjadi penegas bahwa skuad MU sedang tidak baik-baik saja di awal musim ini. Ketika manajemen mereka bersikap "pelit" di bursa transfer dengan hanya melakukan pembelian pemain 'minimalis, dampaknya terlihat.

Solskjaer jadi tidak punya banyak opsi untuk melakukan improvisasi starting XI. Sebab, pemain-pemainnnya ya itu-itu saja. Tidak ada tenaga segar yang benar-benar bisa diharapkan.

Atau malah, Solskjaer memang tidak mampu melakukan improvisasi dengan pemain yang dimilikinya. Ole disebut tak punya rencana. Strateginya disebut itu-itu saja. Nyatanya, alih-alih mencoba pemain baru Donny van de Beek, dia malah lebih sreg dengan pemain-pemain lawas.

Padahal, lawan yang dihadapi adalah Jose Mourinho. Mantan pelatih MU ini terkenal sebagai pelatih yang paling jago untuk urusan 'membaca' strategi lawan. Kalau guyonannya Zlatan Ibrahimovic dulu, Mourinho itu bahkan tahu nomor sepatu pelatih kipernya lawan.

Merujuk pada skor 1-6 itu, kita bisa dengan mudah menyebut bahwa strategi Solkjaer kini sudah terbaca. Formasi terkuatnya di akhir musim lalu, kini tidak bisa lagi diandalkan.

"Hasil ini menyedihkan. Menyakitkan bagi pemain dan bagi saya sebagai pelatih. Saya bertanggung jawab atas kekalahan ini," ujar Ole Solskajer.

Ole Solskjaer juga menyoroti beberapa kesalahan yang dilakukan timnya. Toh, bilapun kalah telak dan baru meraih satu kemenangan di tiga laga pertama, Solskjaer yakin MU akan bisa bangkit.

"Bila Anda melakukan banyak kesalahan melawan tim yang sedang tampil bagus, Anda akan dihukum. Tapi, saya berjanji, kami akan bangkti dari situasi buruk ini," sambung mantan striker MU ini.

Kabar bagusnya, pekan depan, Liga Inggris akan sejenak jeda. Solskajer punya waktu untuk melakukan kontemplasi. Perenungan sebelum mereka kembali tampil pada 17 Oktober melawan tuan rumah Newcastle United.

Diawali kesalahan Adrian, Liverpool tampil ambyar
Tak hanya Manchester United, Liverpool juga mengalami hari yang buruk. Dua jam setelah hasil di Old Trafford, Liverpool merasakan kekalahan yang 'sulit dinalar', 7-2 dari Aston Villa.

Kenapa sulit dinalar. Bagaimana bisa, Liverpool kemasukan tujuh gol dalam satu pertandingan melawan tim yang musim lalu nyaris terdegradasi. 

Apalagi, Liverpool bermain dengan 11 pemain hingga akhir laga. Tidak ada pemain yang dikartu merah. Mereka juga datang dengan bekal meraih tiga kemenangan beruntun di laga sebelumnya.

Tetapi memang, Liverpool tampil buruk di laga ini. Tidak tampilnya kiper Alisson Becker karena cedera juga Joel Matip dan Kostas Tsmikas, plus Sadio Mane dan Thiago Alcantara yang dikabarkan terpapar Covid-19 mengurangi kekuatan Liverpool.

Utamanya Alisson. Liverpool jelas merindukan kiper asal Brasil ini setelah penampilan ambyar Adrian. Ya, gol pertama Villa berawal dari kesalahan kiper asal Spanyol ini.

Di menit ke-4, menerima back pass Andy Robertson, Adrian sebenarnya dalam posisi lega untuk menendang bola ke tengah lapangan. Namun, dia malah memberikan bola ke Joe Gomez yang terlihat kaget karena laju bola terlalu kencang.

Bola lalu diambil Jack Grealish, diberikan ke Oliie Watkins yang tak terkawal. Sekali tendang jadi gol. Penyerang Inggris berusia 24 tahun ini kembali menjebol gawang Liverpool di menit ke-22. Bahkan, dia mencetak trigol (hat-trick) di menit ke-39. Babak pertama berakhir dengan skor 4-1 untuk Villa. Mo Salah memperkecil skor untuk Liverpool.

Di babak kedua, situasi bukannya membaik, tetapi malah memburuk bagi Liverpool. Villa menambah tiga gol lewat pemain anyar yang dipimjam dari Chelsea, Ross Barkley dan dua gol dari kapten yang juga 'permata' mereka, Jack Grealish. Liverpool hanya menambah satu gol lewat Salah.

Apa yang salah dengan Liverpool?

Penampilan Adrian jadi sorotan. Gol pertama Villa disebut-sebut meruntuhkan mental pemain-pemain Liverpool. Lebih tepatnya, mereka merasa tidak lagi merasa aman bila Adrian yang menjaga gawangnnya.

Apalagi, belum hilang dari ingatan, ketika musim lalu, kiper berusia 33 tahun ini juga tampil sembrono sehingga menyebabkan Liverpool disingkirkan Atletico Madrid di Liga Champions.

Beberapa pendukung Liverpool di komentar di akun IG resmi Liverpool bahkan menyebut karier Adrian di Liverpool sudah tamat. Mereka meminta manajemen mendatangkan kiper baru di masa penutupan bursa transfer hari ini.

Bahkan, ada yang menyebut, Liverpool tidak seharusnya meminjamkan Loris Karius ke klub lain. Sebab, Karius yang memang tampil ambyar di final Liga Champions 2018, dianggap masih lebih baik dari Adrian. Bedanya, Karius tak lagi diberi kesempatan setelah final itu. Sementara Adrian masih dipercaya meski beberapa kali tampil sembrono.

Melansir dari website resmi Liverpool, liverpoolfc.com, Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp juga menyoroti penampilan Adrian. Meski, Klopp juga memberikan selamat kepada Aston Villa yang disebutnya tampil bagus.

"Gol pertama itu memang kesalahan fatal dari Adrian. Tapi reaksi kami setelah itu juga tidak lebih baik. Itulah masalah kami," ujar Klopp.

Klopp juga tidak mau beralasan dengan tidak tampilnya beberapa pemain intinya. Menurutnya, itu bukan alasan. Sebab, tim tampil dengan 11 pemain. Meski, dia tidak menyangka timnya bakal kalah 2-7.

Padahal, di musim lalu, Villa Park menjadi saksi betapa hebatnya mentalitas pemenang Liverpool. Mereka tertinggal 0-1 hingga menit ke-90. Namun, mereka kemudian berbalik menang lewat dua gol Andy Robertson di menit ke-91 dan Sadio Mane di menit ke-94.

Pada akhirnya, Klopp dan Liverpool punya banyak "pekerjaan rumah' bila ingin kembali juara. Apalagi, di pekan berikutnya, Liverpool akan menghadapi tim sekota, Everton, yang tengah tampil ganas.

Everton kini menjadi satu-satunya tim yang meraih empat kemenangan beruntun di awal Liga Inggris musim ini. Kehadiran James Rodriguez dari Real Madrid membuat Everton bakal menjadi lawan berat bagi Liverpool pada laga derby Merseyside, 17 Oktober mendatang

Tapi, Liverpool masih beruntung, laga itu tidak digelar pekan depan. Setidaknya, mereka masih bisa berharap, Thiago Alcantara dan Sadio Mane akan bisa kembali tampil. Meski untuk Alisson sepertinya belum bisa tampil.

Menarik ditunggu apakah Manchester United dan Liverpool bisa bangkit di pertandingan berikutnya. Atau malah, situasi akan semakin memburuk bagi mereka. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun