Kemudian angka 5. Sangat marah, tubuh tegang, mengepalkan tangan, siap untuk meledak 6. Sangat marah, terpaksa menunjukkannya secara fisik, nyaris tak terkendali 7. Sangat marah, di luar kendali, melempar barang, melukai diri sendiri atau orang lain.
Nah, hasil dari penelitian ini, tingkat kemarahan yang lebih besar dari nomor 5, dilaporkan oleh tujuh orang dari partisipan dalam dua jam sebelum mereka mengalami serangan jantung, dan empat jam sebelum serangan jantung terjadi pada satu orang.
Sementara rasa marah nomor 4 terjadi pada dua orang sebelum gejala serangan jantung terjadi, dan empat jam sebelumnya pada tiga orang.
Yang menarik, penelitian ini mengungkapkan faktor emosional apa yang bisa memicu serangan jantung.
"Sebagai contoh, peneliti menemukan beberapa laporan terkait kemarahan karena berdebat dengan anggota keluarga, berdebat dengan orang lain, marah saat bekerja, dan saat mengemudi," ujar peneliti seperti dikutip dari sebuah artikel.
Bukankah kita sering tiba-tiba marah dan emosi mendadak naik gara-gara beberapa hal tersebut. Ketika berbeda pendapat saat berdebat. Ketika di tempat kerja. Atau ketika di jalan.
Pria lebih rentan terkena serangan jantung
Ya, kita harus mulai mengingat kembali bahwa marah berlebihan tidak bagus bagi kesehatan.
Bahwa marah merupakan salah satu manifestasi dari stres. Dan stres merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Penyakit yang jadi penyebab kematian utama di masyarakat.
Selain ada faktor risiko lain yang meliputi faktor genetik, penyakit hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan kurang olahraga.
Terkait kaitan antara marah dengan kesehatan jantung ini, saya pernah berkesempatan mewawancara dokter spesialis jantung untuk keperluan konten tulisan di majalah rumah sakit.