Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kingsley Coman, Cerita Mantan, dan Setiap Orang Ada Masanya

24 Agustus 2020   15:36 Diperbarui: 26 Agustus 2020   07:04 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PSG dengan duet bek asal Brasil, Thiago Silva dan Marquinhos, jelas ingin membuang bola jauh-jauh dari gawang. Sementara pemain-pemain Bayern seperti Robert Lewandowski, Leon Goretzka, Thomas Muller gemas ingin memasukkannya ke gawang.

Yang terjadi, Coman yang berlari coming from behind, lolos dari pantauan bek-bek PSG. Dia lantas menyundul bola. Gol. Itulah gol yang membawa Bayern meraih gelar keenamnya di Liga Champions setelah menunggu selama tujuh tahun.

Ya, Coman-lah yang menjadi lakon utama di final. Bukan nama-nama tenar di Bayern seperti Lewandowski yang berharap meraih gelar Liga Champions pertamanya, atau juga Muller dan Serge Gnabry.

Padahal, di babak-babak sebelumnya, Coman bukanlah pilihan utama pelatih Bayern, Hans-Dieter Flick. Ketika Bayern melawan Chelsea di leg II babak 16 besar, namanya tidak masuk tim.

Lalu, ketika Bayern membuat Barcelona babak belur dengan kemenangan 8-2 di perempat final (15/8), Flick lebih memilih Ivan Perisic yang bermain di sisi sayap kiri dan mencetak gol. Coman baru dimasukkan di menit ke-67. Ia hanya bermain 23 menitan.

Begitu pula ketika Bayern mengalahkan Olympique Lyon 3-0 di semifinal (20/8), Coman baru dimainkan di menit ke-63. Lagi-lagi dia masuk menggantikan Perisic.

Di laga perempat final dan semifinal itu, lakon utamanya adalah Muller, Gnabry, dan Lewandowski. Plus Kimmich yang mengingatkan orang pada Phillip Lahm, mantan kapten Bayern yang piawai membuat assist (umpan berujung gol).

Sementara Coman hanya merasakan "sepi dalam keramaian". Maksudnya, meski timnya menang, dia tidak banyak berperan dalam kemenangan timnya. Baru dini hari tadi, dia akhirnya bisa menjadi figur 'yang diperbincangkan' dalam keramaian pesta juara Bayern.

Coman dan 'mantan' bernama PSG

Saya hanya bisa menebak, alasan apa yang membuat Flick lebih memilih memainkan Coman ketimbang Perisic di final tadi. Apakah karena pertimbangan strategi merujuk lawan yang dihadapi, karena naluri, ataukah memang tahu bila Coman akan bersemangat melawan sang mantan?

Mantan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun