Namun, tiga fakta ini bisa menjadi jawaban bahwa kemungkinan Bayern bakal terjun bebas laksana roller coaster itu kemungkinannya sangat kecil. Apa saja?
Dalam hal konsistensi, jangan meragukan Bayern
Pertama, dalam hal konsistensi, jangan meragukan Bayern Munchen. Mereka bukan tipikal tim angin-anginan yang setelah tampil bagus lantas tampil melempem di pertandingan berikutnya.
Faktanya, dalam 25 pertandingan terakhir, tim asuhan Hans-Dieter Flick ini menang 24 kali. Sebanyak 19 tim sudah mencoba menghentikan mereka sejak tren kemenangan pada 16 Februari lalu. Namun, semuanya gagal. Termasuk Chelsea dan Barcelona. Dua mantan juara di Liga Champions.
Di Liga Champions, dalam perjalanan menuju semifinal, Bayern juga selalu menang dalam 9 pertandingan sejak fase grup hingga perempat final.
Dari 32 tim yang tampil di fase grup, Bayern Munchen-lah satu-satunya tim yang meraih enam kemenangan alias tidak sekalipun kehilangan poin. Sementara Lyon dua kali kalah dan sekali kalah di markas Juventus di babak 16 besar.
Dari gambaran itu, Bayern Munchen bukanlah tim labil yang di kemarin tampil bagus esok tampil buruk. Karenanya, sulit membayangkan mereka tampil ambyar di laga semifinal nanti.
Apa yang membuat mereka tampil konsisten? Karena Bayern tidak mengandalkan satu dua pemain saja di mana penampilan tim bergantung performa pemain tersebut.
Musim ini, pemain Bayern di hampir semua posisi tampil oke. Lini serang oke, lini tengah tangguh, lini bertahan solid, dan kiper kokoh. Â Ingat, ketika Bayern menang 8-2 atas Bayern, delapan gol itu dicetak oleh enam pemain. Yakni Thomas Muller, Ivan Perisic, Serge Gnabry, Joshua Kimmich, Robert Lewandowski, dan Philippe Coutinho.
Bahkan, pemberi assist dari delapan gol itu, semuanya pemain berbeda. Salah satunya bek kiri Alphonso Davies (19 tahun) yang juga membuat Lionel Messi tak berkutik. Itu menjadi bukti kedalaman tim Bayern Munchen saat ini.
Bayern senang dengan format baru single match