Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

101 Makna dari Sukses Inter Milan ke Final Europa League

18 Agustus 2020   07:36 Diperbarui: 18 Agustus 2020   09:35 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lautaro Martinez (tengah) dan Romelu Lukaku (kanan) membawa Inter Milan ke final Europa League. Keduanya mencetak dua gol saat Inter menang 5-0 atas Shakhtar Donetsk di semifinal dini hari tadi/Foto: https://sports.yahoo.com/

Setelah lebih dari dua dekade, para pecinta bola di Italia akhirnya bisa melihat kembali tim Italia tampil di final Europa League. Ya, sudah 21 tahun berlalu sejak AC Parma tampil sebagai juara di turnamen yang dulunya bernama Piala UEFA (UEFA Cup) ini.

Kala itu, Parma yang diperkuat anak-anak muda yang kini menjadi legenda seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Juan Sebastian Veron, Hernan Crespo, dan Enrico Chiesa, menang telak 3-0 atas tim Prancis, Olympique Marseille di final yang dimainkan di Moskow.

Setelah sukses Parma di tahun 1999 itu, tidak pernah ada lagi tim Italia yang bisa juara Piala UEFA maupun Europa League. Jangankan menjadi juara, lolos ke final saja susah.

Hingga, Selasa (18/8) dini hari tadi, Inter Milan mengakhiri 'paceklik panjang' itu usai memastikan lolos ke final Europa League 2019/20. Tim Biru Hitam ke final usai menang telak 5-0 atas tim Ukraina, Shakhtar Donetsk di semifinal yang dimainkan di Kota Dusseldorf, Jerman.

Meski menang telak dan membuat Shakhtar selayaknya tim biasa saja, tetapi yang terjadi di lapangan, Inter sempat dua kali harus menunggu lama untuk bisa menciptakan gol.

Shakhtar sempat tampil ngeyel dan memainkan pola pressing ketat di awal-awal pertandingan. Di 15 menit awal, nyaris Inter tidak mendapatkan kesempatan untuk mendekati gawang. Apalagi, mendapatkan peluang.

Nyatanya, Inter butuh 19 menit untuk mendapatkan gol pertama lewat sundulan Lautaro Martinez memanfaatkan umpan crossing Nicolo Barella. Skor 1-0 bertahan hingga akhir babak pertama.

Setelah itu, Inter harus menunggu 45 menit untuk bisa sedikit tenang ketika gol kedua datang dari sundulan D'Ambrosio, meneruskan sepak pojok Marco Brozovic.

Tertinggal dua gol, pemain-pemain Shakhtar rupanya mulai kehilangan kengeyelan mereka. Di 15 menit terakhir, hanya dalam sembilan menit, Inter bisa menambah tiga gol lewat Martinez di menit 74, serta dua gol Romelu Lukaku di menit ke 78 dan 83. Inter pun menang 5-0 dan lolos ke final.

Inter Milan menjaga brand Serie A di kompetisi Eropa

Ada banyak makna dari keberhasilan Inter Milan lolos ke final Europa League ini. Makna pertama seperti yang saya ulas di awal tulisan ini, bahwa Inter mengembalikan 'tradisi' tim Italia lolos ke final kompetisi Eropa. Utamanya di Piala UEFA.

Tradisi? Benar.

Sebelum Parma juara di tahun 1999 yang menjadi gelar terakhir tim Italia di kompetisi ini, tim-tim Italia sebelumnya memang punya tradisi tampil di final kompetisi ini.

Faktanya, dalam 11 kali final sejak musim 1988/89, sebanyak 10 final selalu ada tim Italia. Hanya di musim 1995/96, tim Italia hanya menjadi penonton laga Bayern Munchen melawan Bordeaux.

Bahkan, dalam 11 tahun tersebut, pernah empat kali terjadi All Italian Final. Yakni, di musim 1989/90 ketika Juventus mengalahkan Fiorentina, lalu di musim 1990/91 Inter Milan juara usai mengalahkan AS Roma. Berikutnya di musim 1994/95, Parma meng-KO Juventus.

Dan terakhir, di final 1997/98, Inter Milan lewat penampilan ajaib Ronaldo Luiz Nazario de Lima, menghajar Lazio 3-0 di final pertama yang menerapkan single match (satu pertandingan tanpa tandang dan kandang).

Nah, sukses Inter ke final kali ini datang di saat tepat. Ketika semua wakil Italia di Liga Champions berguguran, Inter ke final demi menjaga brand Serie A di kompetisi Serie A.

Minimal, dengan lolosnya Inter ke final, Serie A musim 2019/20 ini masih lebih baik dari Liga Inggris yang semua wakilnya tumbang di Liga Champions dan Europa League sebelum ke final.

Momen menebus kesialan musim ini

Perihal kegagalan tim-tim Italia di Liga Champions, Inter Milan sejatinya termasuk di dalamnya. Maklum, Inter sempat tampil di fase grup Liga Champions bersama Juventus, Atalanta, dan Napoli.

Yang terjadi, hanya Inter Milan yang gagal lolos ke babak knock out. Mereka hanya finish di urutan tiga di fase grup dan merujuk aturan, Inter masih mendapat kesempatan turun bermain di Europa League.

Dalam wawancara dengan Sky Sport Italia, Pelatih Inter, Antonio Conte menyebut kegagalan Inter di Liga Champions tersebut menjadi awal kesialan Inter di musim ini.

Setelah itu, Inter juga tersingkir di Coppa Italia. Yang menyesakkan, di Liga Serie A Italia, Inter finish di peringkat 2 dengan hanya berselisih 1 poin dari Juventus.

Inter sebenarnya berpeluang juara. Namun, mereka membuang peluang ketika kalah dari Sassuolo dan kehilangan poin dari Bologna setelah jeda pandemi.

"Saya pikir kami memang tidak beruntung di Liga Champions dan Coppa Italia, kami pantas mendapatkan hasil lebih bagus. Kami juga terpeleset di Serie A ketika melawan Bologna dan Sassuolo. Padahal, kami unggul dari Juventus dalam banyak aspek," ujar Conte.

"Bagaimanapun, kami belajar banyak dari situasi negatif menjadi hasil yang bagus. Kami mengambil pelajaran dari kegagalan, menggunakan pelajaran itu dan Anda bisa melihat hasilnya," sambung Conte seperti dikutip dari Football Italia.

Karenanya, final Europa League 2019/20 melawan Sevilla pada 22 Agustus mendatang di Koln, akan menjadi kesempatan bagi Inter Milan untuk memperbaiki peruntungannya di musim ini. Conte tentu tidak ingin kesialan Inter di Liga Champions dan kompetisi domestik di musim ini, berlanjut di final nanti.

Kesempatan mengakhiri paceklik gelar selama 10 tahun

Bagian menarik dari wawancara Conte tersebut, dia juga ditanya perihal Sevilla yang akan menjadi lawan Inter di final. Lalu, bagaimana jawaban Conte?

Dia menyebut Sevilla sebagai tim yang berpengalaman tampil di final Europa League. Adapun tolok ukurnya, Sevilla bisa juara tiga kali dalam enam tahun terakhir.

"Tapi jangan lupa, kami lebih lapar dari mereka. Kami punya antusiasme dan keinginan kuat untuk menang. Di lapangan, pemain-pemain saya tampil dengan hati dan jiwanya," sambung Conte.

Inter memang sedang lapar gelar. Di kompetisi Eropa, Inter sudah 10 tahun 'puasa gelar' sejak memenangi Liga Champions pada 2010 silam. Bahkan, di level Europa League, Inter tidak lagi pernah juara sejak tahun 1998.

Karenanya, Inter Milan pastinya tidak akan melewatkan begitu saja kesempatan tampil di final dan meraih trofi Eropa. Sebab, kesempatan itu tidak datang setiap tahun.

Itu tiga makna utama dari lolosnya Inter Milan ke final Europa League. Lho, katanya 101 makna. Lalu, di mana 98 makna lainnya. Silahkan Anda (sampean) tanyakan kepada para pendukung setia Inter Milan yang pastinya punya 98 makna versi mereka sendiri.

Selamat untuk Inter Milan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun