Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Bila Mau Juara Piala Uber, 3 PR Ini Wajib Diberesi PBSI

12 Agustus 2020   07:22 Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:14 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah lolos ke putaran pertama Yonex-Sunrise Hongkong Open 2019 usai mengalahkan Fan Ka Yan/Wu Yi Ting, Selasa (12/11/2019).(Badminton Indonesia)

Sudah lama, tim Putri Indonesia tidak pernah lagi juara Piala Uber. Bahkan, bukan hanya lama, tapi sudah sangat lama.

Bayangkan, kali terakhir tim putri Indonesia bisa juara di kejuaraan bulutangkis beregu putri paling bergengsi di dunia ini terjadi pada 1996 silam. Ya, sudah berlalu 24 tahun, ketika Susy Susanti dkk mengalahkan tim China 4-1 di final yang dimainkan di Queen Elizabeth Stadium di Hongkong.

Artinya, para badminton lovers yang baru lahir di tahun 2000-an, tidak pernah merasakan betapa membanggakannya melihat tim putri Indonesia bisa menjadi juara Piala Uber.

Setelah itu, dalam 11 edisi Piala Uber berikutnya, tim putri Indonesia tak pernah lagi bisa juara. Sempat dua kali tampil di final edisi Piala Uber 1998 dan 2008, tetapi selalu takluk dari tim putri China.

Dan memang, setelah tahun 1996 itu, tim putri China selalu mendominasi Piala Uber dengan 9 kali juara. Sekali Korsel membuat jeda dengan juara di tahun 2010. Lalu, tim putri Jepang akhirnya juara untuk kali pertama pada penyelenggaraan terakhir di tahun 2018 lalu.

Tentu saja, tim Piala Uber Indonesia tidak ingin puasa gelar semakin panjang. Siapa sih yang tidak ingin juara. Nah, mumpung tahun ini Piala Uber kembali digelar, tim putri Indonesia punya kesempatan untuk kembali juara. Bisakah?

Berat. Sebab, lawan-lawan yang dihadapi memang berat. Ada juara bertahan Jepang. Lalu Thailand yang menjadi finalis Piala Uber 2018. Lalu China dan Korea Selatan. Semuanya pesaing berat.

Karenanya, tim putri Indonesia "hanya" diunggulkan di posisi kelima di Piala Uber 2020 yang akan digelar di Aarhus, Denmark pada 3-11 Oktober mendatang.

Toh, walaupun unggulan kelima, tapi masih boleh juara kan?

Ya, meski berat, tetapi tim putri Indonesia masih punya peluang untuk juara. Bahkan, peluang juara Greysia Polii dan kawan-kawan akan semakin besar andai Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selaku induk olahraga bulutangkis di tanah air, bisa menuntaskan tiga pekerjaan rumah (PR) di tim putri kita.

Bila tiga PR yang selama ini seringkali menjadi 'kelemahan' tim Indonesia itu sudah bisa diatasi, kita boleh bermimpi tim putri Indonesia bisa juara Piala Uber seperti tim 1996 silam. Apa saja?

Tunggal pertama yang rutin 'mencetak poin'

Di Piala Uber, dari lima pertandingan beregu yang dimainkan, komposisinya adalah tiga pemain tunggal dan dua pemain ganda. Umumnya diawali dengan duel pemain tunggal, lalu ganda, tunggal lagi, ganda kedua, dan ditutup dengan tunggal di pertandingan kelima.

Bila ingin memperbesar peluang melangkah jauh di Piala Uber 2020 nanti, Indonesia wajib memiliki tunggal putri utama yang bisa diandalkan untuk meraih poin.

Sebab, bila pemain pertama yang dimainkan bisa meraih poin, maka tentunya akan menambah motivasi pemain-pemain lainnya. Sebaliknya, bila pemain pertama mudah kalah, tentu akan membuat tugas pemain di laga kedua menjadi lebih berat.

Seperti saat juara Piala Uber 1996, tim putri Indonesia mengandalkan Susy Susanti sebagai tunggal pertama. Susy yang main pertama, mampu membuka jalan bagi rekan-rekannya ketika menang 4-1 atas Korea Selatan di semifinal dan mengalahkan China di final.

Nah, bila berkaca dari penampilan di Piala Uber 2018 di Bangkok, harus diakui bahwa tim putri kita kala itu lemah di sektor ini. Apalagi, ketika itu, Indonesia tergabung di "grup maut" bersama tim China dan Malaysia, serta Prancis.

Kala itu, Fitriani menjadi tunggal pertama. Tiga kali dimainkan sebagai pemain pertama, yakni ketika melawan Malaysia dan China di fase grup serta bertemu Thailand di perempat final, Fitriani selalu gagal menyumbang poin.

Bagaimana di tahun ini?

Merujuk pada rangking di BWF, tunggal putri pertama tim Piala Uber Indonesia bakal ditempati Gregoria Mariska Tunjung. Ada harapan, Gregoria bisa menjadi pencetak poin bagi Indonesia.

Penampilan pemain kelahiran Wonogiri berusia 20 tahun ini dalam dua tahun terakhir, lebih stabil ketimbang Fitriani. Faktanya, Juli lalu, Gregoria tampil sebagai juara tunggal putri di turnamen internal PBSI yang mempertandingkan pebulutangkis Pelatnas.

Di Piala Uber 2018 lalu, meski menjadi tunggal kedua, Gregoria selalu bisa menyumbang poin dari empat kali dimainkan kala melawan Malaysia, Prancis, China, dan Thailand.

Satu lagi, karena menjadi tunggal putri Indonesia yang rutin tampil di turnamen BWF World Tour, dia juga punya jam terbang tinggi karena terbiasa bertemu pemain-pemain top dunia. Dia pernah bertemu Tai Tzu-Ying, Akane Yamaguchi, juga Ratchanok Intanon.

Secara teknik dan ketenangan, Gregoria sudah lumayan oke. Masalahnya adalah, juara dunia junior 2017 ini seringkali kedodoran staminanya ketika diharuskan bermain tiga game (rubber game). Karena kalah stamina, permainannya jadi menurun.

Pernah dia bertemu tunggal putri terbaik Thailand, Ratchanok Intanon yang merupakan pemain ranking 5 dunia di putaran pertama Malaysia Masters 2020 di awal tahun lalu.

Kala itu, Gregoria mampu menang 24-22 di game pertama. Namun, di game kedua, ketika sempat unggul, dia malah kalah 19-21. Dan di game penentuan, penampilan Gregoria tidak lagi sama seperti di dua game awal. Dia kalah 15-21. 

Nah, inilah yang menjadi PR pertama bagi para pelatih di PBSI. Yakni bagaimana memoles ketahanan fisik Jorji--panggilan Gregoria, agar jadi tunggal putri "jaminan poin" di Piala Uber 2020 nanti. Sebab, bukan tidak mungkin rubber game akan sering terjadi di Piala Uber nanti.

Perkuat ganda putri kedua

Tim putri bulutangkis Indonesia saat tampil di SEA Games 2019 lalu. Di Piala Uber 2020 yang digelar di Denmark pada awal Oktober nanti, tim putri Indonesia diharapkan bisa melangkah jauh. Namun, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus lebih dulu diberesi PBSI/Foto: badmintonindonesia.org
Tim putri bulutangkis Indonesia saat tampil di SEA Games 2019 lalu. Di Piala Uber 2020 yang digelar di Denmark pada awal Oktober nanti, tim putri Indonesia diharapkan bisa melangkah jauh. Namun, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus lebih dulu diberesi PBSI/Foto: badmintonindonesia.org
Untuk sektor ganda putri, pasangan Greysia Polii/Apriani dipastikan akan menjadi ganda utama tim Indonesia seperti halnya di Piala Uber 2018 silam. Sementara untuk ganda putri kedua dipastikan akan berubah. Sebab, Della Destiara/Rizki Amelia yang dulu masuk tim, sudah tidak lagi di Pelatnas.

Pasangan muda, Siti Fadia Silva (19 tahun)/Ribka Sugiarto (20 tahun) sangat mungkin akan dipilih sebagai ganda kedua. Keduanya punya potensi menjanjikan. Pada Juli lalu, Fadia/Ribka jadi juara ganda putri turnamen internal PBSI. Tahun 2019 lalu, mereka bisa juara Indonesia Masters 2020 dengan mengalahkan Della/Rizki di final.

Mereka hanya perlu diasah lagi. Utamanya dalam strategi dan kematangan bermain. Memang, dengan situasi Agustus-September masih vakum turnamen karena pandemi, mereka tidak bisa melakukan 'pemanasan'.

Namun, masa persiapan kurang dua bulan ini bisa dimanfaatkan pelatih ganda putri Pelatnas, Eng Hian, untuk meningkatkan ketahanan fisik, teknik, mental, dan juga membakar rasa 'lapar menang' pasangan muda tersebut. Inilah PR kedua PBSI.

Memiliki ganda putri kedua yang kuat, sangatlah penting di Piala Uber nanti. Sebab, mereka yang dimainkan di laga keempat, bisa menjadi penentu untuk meloloskan tim ketika sudah unggul 2-1, ataupun memperpanjang nafas semisal bila tim sedang dalam posisi tertinggal 1-2.

Sebagai gambaran, ketika Indonesia tersingkir di perempat final Piala Uber 2018 usai kalah 2-3 dari Thailand, salah satu penyebabnya karena tidak memiliki ganda kedua yang bisa menjadi 'perebut poin'.

Kala itu, hingga laga ketiga, tim putri Indonesia sebenarnya sempat unggul 2-1 lewat kemenangan Greysia/Apriani dan Gregoria. Indonesia bisa memastikan ke semifinal bila ganda kedua menang di laga keempat. Yang terjadi, Della/Rizki ternyata kalah. Yang menyesakkan, Indonesia kembali kalah di laga tunggal terakhir  sehingga tersingkir.

Indonesia butuh pemain kejutan di tunggal putri

Selain tunggal putri yang bisa diandalkan di pertandingan pertama, Indonesia juga harus memiliki 'pemain kejutan' di tunggal putri. Pemain kejutan ini bisa dimainkan sebagai tunggal ketiga alias pemain terakhir.

Pemain kejutan ini maksudnya, mereka yang secara ranking jelas kalah dari tunggal pertama atau kedua, tetapi permainan mereka bisa diandalkan untuk bisa menyumbang poin.

Sebab, tidak jarang, turnamen di Piala Uber ini harus ditentukan hingga di pertandingan terakhir ketika skor sama kuat 2-2. Bisa dibayangkan betapa berat beban pemain yang dimainkan di laga terakhir seperti itu. Mereka seolah memikul ekspektasi rakyat Indonesia.

Karenanya, mereka harus bisa diandalkan secara mental dan permainan ketika menghadapi situasi seperti itu. Pendek kata, mereka bukan hanya masuk tim sebagai pemain pelengkap.

Nah, bila merujuk pada penampilan terkini pemain-pemain tunggal putri di pelatnas, nama pemain 'junior rasa senior', Putri Kusuma Wardani sangat pantas untuk dipertimbangkan dibawa ke Piala Uber 2020.

Usianya baru 18 tahun, tapi Putri punya potensi besar. Buktinya, dia tampil sebagai runner-up sektor tunggal putri di turnamen internal PBSI pada Juli lalu yang diikuti pemain-pemain pelatnas. Dia bahkan sempat mengalahkan Gregoria di fase grup meski kalah di final dari pemain yang sama.

Di level junior, Putri KW kini juga menempati peringkat kelima dunia. Dengan penampilannya yang terkesan cuek dan easy going tetapi 'galak' ketika di lapangan, Putri sepertinya sudah siap tampil di turnamen besar kelas dunia.

Bila begitu, sesuai ranking BWF terakhir, PBSI bisa membawa Gregoria, Fitriani, dan Ruselli di tunggal putri. Serta, kemungkinan besar akan memberikan kesempatan kepada Putri KW untuk merasakan Piala Uber pertamanya.

Itulah tiga PR paling utama menurut saya yang harus segera diberesi PBSI bila ingin berprestasi di Piala Uber 2020 nanti. Masih ada waktu sebulan lebih untuk mempersiapkan dan memoles tim putri kita.

Ah ya, sebagai informasi, merujuk hasil undian pekan lalu, tim putri Indonesia kembali berada di grup sulit pada fase grup Piala Uber 2020. Tim Piala Uber Indonesia ada di Grup B bersama Korea Selatan, Malaysia, dan Australia.

Nantinya, hanya akan ada dua tim (peringkat teratas) yang lolos ke perempatfinal. Di atas kertas, tim putri Indonesia berpeluang lolos. Bila menang atas Australia, Indonesia rasanya bisa mengulang kemenangan atas Malaysia seperti di Piala Uber 201 lalu.

Apalagi bila 3 PR tersebut sudah bisa diberesi, bukan tidak mungkin tim putri Indonesia berpeluang menjadi juara grup. Sebab, bagaimanapun, peluang melawan Korsel sebenarnya fifty-fifty.

Ah, semoga saja tahun ini memang ramah bagi tim putri kita di Piala Uber nanti. Sudah waktunya puasa gelar di Piala Uber disudahi. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun