Setop meremehkan Covid-19
Ya, kita bisa merenungkan pesan dari Wali Kota Banjarbaru tersebut, lantas membagikan esensi pesannya kepada keluarga, kerabat, dan kawan-kawan dekat.
Bahwa, kita diingatkan untuk tidak menganggap enteng persoalan Covid ini. Apalagi bila berpikir bahwa kabar virus ini tidak nyata dan hanya rekayasa belaka.
Memangnya ada orang yang menganggap virus yang sudah mengubah hampir semua aspek kehidupan ini tidak ada, alias hanya dianggap sebagai konspirasi global?
Ada. Bukan hanya nama terkenal yang namanya acapkali wira-wiri di media sosial, di kalangan akar rumput pun ada yang berpikiran seperti itu.
Dulu, ketika awal dikabarkan ada orang yang terpapar Covid-19 di Sidoarjo dan itu masih satu kecamatan dengan tempat tinggal saya, saya pernah mendengar kerabat yang berujar bila kabar itu terlalu dibesar-besarkan.
Menurutnya, berdasarkan penuturan tetangga dari pasien tersebut, si pasien yang dinyatakan positif dan sempat heboh ketika dijemput mobil ambulans ke rumahnya, sebenarnya 'sakit biasa'.
Seiring waktu, saya tidak tahu lagi bagaimana komentar si kerabat itu ketika jumlah pasien di Sidoarjo kemudian terus bertambah, bahkan sempat menjadi kawasan zona merah. Meski kini sudah menjadi zona oranye.
Namun, pesan pentingnya adalah, setop untuk meremehkan ancaman Covid-19. Apalagi merasa kebal dan tidak akan terpapar oleh virus ini.
Bukankah di luar sana, setelah beberapa bulan sejak pandemi ini mulai mewabah di negeri ini, kini ada banyak orang yang seolah merasa sudah aman sehingga meremehkan protokol kesehatan. Mereka merasa sudah tidak ada apa-apa. Padahal, pandemi ini belum usai.
Padahal, dulu, ketika awal virus ini mencuat pada Maret lalu yang membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan dan beberapa sektor ditutup dihentikan sementara, ada banyak orang yang amat sangat patuh pada protokol kesehatan.
Mereka memilih berdiam di rumah demi menghindari kerumunan. Kalaupun terpaksa ke luar rumah, masker selalu dipakai. Hand sanitizer yang waktu itu harganya 'selangit' pun dibeli. Ketika pulang ke rumah selalu mencuci tangan dengan sabun. Bahkan disemprot dengan disinfektan.