Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

3 Pesan Penting dari Turnamen "Memanasi Mesin" di Pelatnas PBSI

26 Juli 2020   14:49 Diperbarui: 26 Juli 2020   17:07 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Home Tournament PBSI yang digelar sejak pertengahan Juni lalu dengan mempertemukan sesama atlet Pelatnas PBSI, berakhir pada Jumat (24/7/2020) kemarin.

Turnamen internal PBSI yang bertujuan untuk 'memanasi mesin' di masa kevakuman turnamen akibat pandemi ini bisa dibilang berdampak bagus bagi pemain-pemain Pelatnas.

Setelah lebih tiga bulan hanya berlatih dan menjaga kondisi, para pemain pelatnas dari lima nomor (tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran), akhirnya bisa merasakan turnamen yang dikemas kompetitif.

Meski bermain melawan teman sendiri, toh itu penting bagi pemain. Sebab, bila terus berlatih tanpa ada kepastian kapan kembali bertanding di turnamen resmi, tentu akan memunculkan kejenuhan bagi atlet. Bermula dari kejenuhan, dikhawatirkan bisa berdampak pada menurunnya semangat tanding pemain.

Padahal, pada awal Oktober nanti, Piala Thomas dan Piala Uber 2020 direncanakan akan digelar di Aarhus, Denmark. Termasuk bila turnamen BWF diagendakan kembali digelar.

Nah, dengan turnamen segera dimulai, penting bagi pemain dalam kondisi bagus, serta merasakan nuansa kompetisi. Ibarat mesin, mereka tak boleh terlalu lama didiamkan. Harus dipanasi. Caranya dengan turun di pertandingan. Atas dasar itulah, turnamen internal Pelatnas PBSI tersebut layak diapresiasi. 

Siapa saja pemain yang tampil sebagai juara?

Nah, sejak dimainkan pada pertengahan Juni lalu, kita sudah bisa mengetahui siapa saja juara di lima sektor yang dipertandingkan dengan "keunikan' di sektor masing-masing.

Di sektor ganda putra yang dimainkan dengan "sistem klasemen" dan para pasangannya diacak alias tidak bermain dengan pasangan biasanya, memunculkan pasangan Fajar Alfian dan Yeremia Erich sebagai juara. Mereka tampil konsisten sejak awal.

Di ganda campuran yang dimainkan dengan memainkan pasangan "asli", dengan pesertanya dibagi dalam beberapa grup lantas berlanjut babak perempat final hingga final, pasangan Praveen Jordan dan Melati Daeva tampil sebagai juara.

Di final, pasangan juara All England 2020 ini menang atas pasangan muda, Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina yang tampil oke dengan mengalahkan beberapa seniornya.

Sementara di ganda putri, pasangan muda, Ribka Sugiarto dan Siti Fadia Silva tampil sebagai juara setelah mengalahkan pasangan dadakan, Apriani Rahayu/Mychelle Crhystine Bandaso di final. Di ganda putri, Apriani memang "dipecah" dari pasangannya, Greysia Polii.

Di tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting jadi juara usai mengalahkan Shesar Rhustavito di laga final. Lalu, di tunggal putri yang dimainkan terakhir, Gregoria Mariska tampil jadi juara usai mengalahkan juniornya, Putri Kusuma Wardani di final, Jumat (24/7).

Pesan penting dari turnamen internal PBSI

Nah, selain memberikan kesempatan kepada pemain untuk "memanasi mesin" dan merasakan nuansa pertandingan serta pemberian hadiah bagi pemenang, turnamen internal ini juga menyisakan beberapa pesan penting bagi PBSI.

Ya, ada beberapa pesan penting atau lebih tepatnya bisa disebut "pekerjaan rumah" (PR) bagi induk olahraga bulutangkis di tanah air ini merujuk penampilan atlet-atlet pelatnas di turnamen internal tersebut.

Apa saja?

Pertama dan menurut saya paling penting adalah soal konsistensi. Yakni bagaimana menjaga konsistensi penampilan pemain-pemain andalan di masa kevakuman turnamen seperti ini. Apakah level penampilan mereka tetap terjaga atau malah ambyar.

Bila merujuk pada lima juara di turnamen ini, ada tiga nama yang menjadi unggulan 1 dan akhirnya juara. Yakni Praveen/Melati, Anthony Ginting, dan Gregoria Mariska. Artinya, mereka bisa tampil sesuai ekspektasi merujuk pada kualitas dan pengalaman mereka.

Praveen/Melati menunjukkan bahwa saat ini mereka memang pasangan ganda campuran terbaik Indonesia. Ginting juga memberi bukti bahwa dia yang terbaik di tunggal putra. Begitu juga dengan Gregoria Mariska di tunggal putri.

Predikat terbaik itu tentu membuat mereka akan menjadi andalan sekaligus harapan utama bagi Indonesia di turnamen-turnamen internasional perorangan maupun beregu.

Karenanya, PR bagi para pelatih di PBSI agar mereka tetap konsisten berada di level terbaiknya. Jangan sampai, karena lama tidak bertanding, ketika turnamen nanti kembali dimulai, penampilan mereka malah menurun.

Pesan kedua adalah pentingnya memberikan 'jam terbang' bagi beberapa pemain muda yang tampil oke di turnamen ini. Salah satunya pasangan ganda putri Ribka Sugiarto dan Siti Fadia Silva. Keduanya pantas disebut sebagai ganda putri masa depan Indonesia.

Usia mereka masih sangat muda. Ribka berusia 20 tahun. Sementara Siti Fadia berusia 19 tahun. Tahun 2019 lalu, mereka mampu meraih satu gelar BWF World Tour. Ribka/Fadia jadi juara di Indonesia Master Super 100 usai mengalahkan senior mereka, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta.

Kita tentu berharap, mereka bisa terus berkembang. Dan, untuk berkembang, tentu saja harus sering turun di turnamen dan merasakan pertandingan. Bilapun tidak sering juara, toh mereka akan bisa belajar dari kegagalan. Pendek kata, jam terbang sangat penting untuk mematangkan pemain-pemain muda.

Selain Ribka/Fadia, pemain lain yang perlu untuk mendapatkan jam bertanding lebih sering adalah pasangan Akbar/Winny di ganda campuran. Mereka punya potensi.

Bahkan, jauh sebelum Winny dipasangkan dengan Tontowi Ahmad pada 2019 lalu, Akbar (24 tahun) dan Winny (21 tahun) sudah memberi bukti bisa bersaing di level internasional. Tahun 2018 lalu, mereka juara di turnamen BWF World Tour, Hyderabad Open Super 1000 di India.  

Pemain muda lainnya yang punya prospek bagus adalah Putri Kusuma Wardani di tunggal putri. Selama turnamen internal PBSI, pemain kelahiran Tangerang berusia 18 tahun ini bahkan bisa mengalahkan dua unggulan utama, Fitriani dan Gregoria Mariska.

Putri menang dua game langsung atas Fitriani di perempat final dan mengalahkan Gregoria lewat rubber game ketat di fase grup sebelum kalah di final ketika kembali bertemu Gregoria yang merupakan unggulan utama.  

Bila turnamen BWF World Tour kembali digelar, salah satu pemain yang paling ditunggu penampilannya adalah Putri KW. Bila selama ini Gregoria sering diturunkan sendirian setelah Fitriani "diparkir", Putri KW perlu untuk diberi kesempatan.

Pentingnya regenerasi

Nah, pesan ketiga yang masih berkaitan dengan poin kedua di atas adalah tentang perlunya regenerasi. Berkaca dari turnamen internal PBSI tersebut, ada beberapa nomor yang memang memerlukan peremajaan maupun back up.

Ambil contoh di ganda putri. Penampilan apik Apriani dan Mychelle yang bisa melaju hingga final, bisa menjadi kabar bagus bagi ganda putri Indonesia.

Memang, saat ini, Apriani (22 tahun) masih berpasangan dengan Greysia Polii dan menjadi ganda putri nomor satu Indonesia. Namun, dengan usia Greysia yang kini sudah 32 tahun, PBSI perlu untuk mulai menyiapkan pengganti bila Greysia kelak pensiun. Pengganti maksudnya pendamping baru Apriani.  

Nah, di turnamen internal PBSI, Mychelle (22 tahun), terlihat cocok bermain bersama Apri. Mychelle yang merupakan pemain kidal dan jarang ada di Pelatnas, memberi variasi baru dalam permainan di ganda putri.

"Mychelle punya pola main depan yang enak, terutama ngaturnya. Itu jadi lebih memudahkan saya. Komunikasi juga terbuka, tidak segan untuk bertanya," ujar Apri dikutip dari badminton.ina.

Lho, bukannya Mychelle juga bermain di ganda campuran bersama Adnan Maulana ?

Benar. Bahkan, Mychelle dan Adnan (20 tahun) masuk semifinal dan menjadi juara tiga di turnamen internal PBSI tersebut. Mereka juga pasangan muda yang prospek bagus.

Bila seperti itu, tentunya kembali kepada kebijakan PBSI. Apakah kelak akan memainkan Mychelle di dua nomor ataukah difokuskan di ganda campuran. Tapi yang jelas, dia menjadi salah satu opsi menarik sebagai pendamping Apriani kelak.

Selain regenerasi, pemain-pemain muda yang tampil apik di turnamen ini, juga bisa diplot sebagai back up para seniornya. Seperti Putri dan Akbar/Winny.

Bahkan, untuk ganda campuran, pecinta bulutangkis di Indonesia kini bisa berlega hati. Sebab, regenerasi sepertinya akan berjalan mulus. Selain pasangan senior Praveen/Melati dan Hafiz Faizal/Gloria Widjaja, sedikitnya ada tiga pasangan potensial.

Ada Rinov/Rivaldy (20 tahun) dan Pitha Mentari (21 tahun) yang merupakan juara dunia junior 2017, lalu Akbar/Winny, dan juga Mychelle/Adnan Maulana. Sangat menarik ditunggu bagaimana mereka berkembang.

Selain tiga pesan penting tersebut, yang juga tidak kalah penting adalah menjaga kebugaran pemain. Kita tahu, di turnamen internal PBSI, beberapa pemain yang tidak bisa melanjutkan penampilannya. Salah satunya Jonatan Christie yang mengalami efek kram.

Pada akhirnya, semoga penyelenggaraan turnamen internal PBSI tersebut memang bisa memberikan dampak besar bagi pemain-pemain Pelatnas. PBSI sendiri juga pastinya sudah tahu langkah apa yang harus dilakukan pascaturnamen ini.

Terlepas dari turnamen BWF Word Tour masih belum jelas kapan akan kembali digelar, fokus utama PBSI kini adalah Piala Thomas dan Uber pada Oktober 2020 nanti.

Masih ada waktu dua bulan untuk mempersiapkan pemain, menjaga konsistensi pemain dan juga tetap sehat dan bugar di masa pandemi yang masih belum berakhir. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun