Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kala "Newbie" Atalanta Berkirim Pesan ke Tim-tim Tenar Liga Champions

15 Juli 2020   12:44 Diperbarui: 16 Juli 2020   03:03 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim pendatang baru asal Italia, Atalanta, berkirim pesan kepada tim-tim tenar Liga Champions. Meski, berstatus debutan, Atalanta yang akan tampil di perempat final, punya potensi besar untuk tampil mengejutkan.| Foto: Uefa.com/ Getty Images

Pekan lalu, ketika UEFA melakukan pengundian (drawing) babak perempat final Liga Champions di Nyon, Swiss, dari hasil undian yang ada, sorotan publik lebih tertuju pada hasil perempat final 1 dan 3.

Maklum, hasil undian di perempat final 1 dan 3 yang dihuni beberapa tim tenar seperti Real Madrid, Juventus, Barcelona, dan Bayern Munchen, lebih menarik dibandingkan perempat final 2 dan 4 yang berisi para "tim penasaran" (baca belum pernah juara).

Bahkan, di jalur perempat final 2 dan 4 itu, sebagian pecinta bola menganggap "sudah bisa ditebak pemenangnya". Di perempat final 2, Atletico Madrid diprediksi bisa mengatasi RB Leipzig.

Sementara di perempat final 4, tim kaya asal Prancis, Paris Saint Germain (PSG) lebih difavoritkan ketimbang tim "newbie" asal Italia, Atalanta.

Nah, saya tertarik menyoroti perempat final 4 yang mempertemukan PSG dan Atalanta tersebut. Laga ini memang kurang "menjual" karena Atalanta bukan magnet di panggung sepak bola Eropa. Namun, laga ini menarik ditunggu. Bakal seru.

Kenapa? Sebab, Atalanta punya potensi untuk tampil mengejutkan di Liga Champions musim ini.

Beberapa alasan Atalanta bisa mengejutkan PSG
Ya, salah besar bila menganggap PSG yang lebih kaya, lebih terkenal, dan lebih banyak gelar liga lokalnya dibandingkan Atalanta akan bisa dengan mudah lolos ke semifinal.

Justru, sebulan jelang perempat final yang akan digelar single match pada 12 Agustus nanti, ada beberapa alasan yang membuat Atalanta bisa tampil mengejutkan saat melawan PSG.

Alasan pertama, Atalanta kini menjadi salah satu tim yang paling siap tampil di perempat final Liga Champions. Mereka sedang panas-panasnya.

Lihat saja, Rabu (15/7/2020) dini hari tadi, Atalanta tampil ganas saat menghadapi Brescia pada pekan ke-33 Liga Italia. Atalanta mampu mencetak setengah lusin gol dan meraih kemenangan 6-2.

Dalam delapan pertandingan sejak Liga Italia kembali di-restart pada 22 Juni lalu usai terhenti akibat pandemi, Atalanta meraih hasil keren. Tim yang dilatih Gian Piero Gasperini ini telah meraih 7 kemenangan.

Malah, andai tidak dihukum dua penalti saat away melawan Juventus pada 12 Juli lalu, Atalanta bakal mencatatkan 100 persen kemenangan. Namun, dua penalti--salah satunya di menit ke-89, membuyarkan kemenangan Atalanta yang sudah di depan mata. Atalanta harus puas berbagi angka 2-2.

Rentetan kemenangan, termasuk atas Brescia dini hari tadi membawa Atalanta kini ada di peringkat 2 klasemen Liga Italia (70 poin). Mereka terpaut 6 poin dari Juventus yang baru memainkan 32 pertandingan.

Ah ya, perihal kemenangan dengan skor besar, tidak sekali ini Atalanta melakukannya di Liga Italia musim 2019/20. Gli Orobici--julukan Atalanta, malah sudah beberapa kali pesta gol dalam satu pertandingan.

Pada 1 Maret lalu, Atalanta menang 7-2 di markas Lecce. Lalu pada 26 Januari, menang 7-0 atas tuan rumah Torino. Itu kemenangan paling besar di Liga Italia musim ini.

Bahkan, pada 22 Desember 2019 lalu, Atalanta meraih kemenangan yang sulit dipercaya. Mereka menang 5-0 atas AC Milan. Ya, tim Italia yang paling sering juara di Liga Champions itu dibuat babak belur oleh Atalanta.

Atalanta rakus gol, PSG "adem ayem"
Atalanta bahkan menjadi salah satu tim yang paling rakus gol (baca: paling banyak bikin gol) di kompetisi Eropa. Mereka kini sudah mencetak 93 gol di 33 laga Liga Italia. Juventus yang punya Cristiano Ronaldo saja baru mencetak 67 gol.

Atalanta lebih ganas ketimbang Manchester City yang merupakan tim paling rakus gol di Inggris. Man City telah mencetak 91 gol dari 35 laga. Barcelona mengemas 80 gol dari 36 laga.

Hanya Bayern Munchen yang berada di atas Atalanta dengan mencetak 100 gol dari 34 laga. Namun, kompetisi Bundesliga sudah usai. Sementara Atalanta masih punya lima (5) pertandingan di Liga Italia. Sangat mungkin, Atalanta bakal bisa mencetak lebih dari 100 gol di musim ini.

Penampilan hebat Atalanta tidak hanya di Liga Italia. Di Liga Champions yang merupakan partisipasi perdana mereka, Atalanta juga tampil gagah.

Memang, mereka sempat tampil kikuk di pertandingan pertama fase grup ketika kalah 0-4 dari Dinamo Zagreb (19/9). Termasuk dibantai Manchester City 5-1 (23/10). Namun, setelah itu, Atalanta tidak terkalahkan.

Di babak 16 besar, mereka bahkan unggul agregat gol 8-4 atas tim Spanyol, Valencia. Tim finalis Liga Champions edisi tahun 2000 dan 2001 itu mereka kalahkan dua kali, 4-1 di Italia dan 4-3 di Spanyol.

Nah, bila Atalanta tengah tampil ganas, Paris Saint Germain justru sedang 'adem ayem'. Sebab, sejak Maret lalu, Paris Saint Germain sama sekali tidak tampil di pertandingan resmi.

Pasalnya, Ligue 1 Prancis menjadi salah satu liga sepak bola di Eropa--selain Liga Belanda--yang dihentikan akibat wabah Covid-19. Artinya, "mesin" PSG juga jarang dipanasi. Minimal, mereka tidak merasakan atmosfer pertandingan sebenarnya.

Pemain-pemain Atalanta juga sedang ganas
Menyebut nama pemain-pemain Paris Saint Germain dengan Atalanta memang cukup njomplang. Tidak berimbang. Itu bila parameternya ketenaran.

Siapa yang tidak kenal dengan Neymar, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, Mauro Icardi, hingga Edinson Cavani. Mereka para "artis" di lapangan bola.

Bandingkan bila sampean (Anda) ditantang menyebutkan lima nama pemain Atalanta. Banyak orang bakal kesulitan. Mungkin masih harus mencari di kolom mesin pencari dulu.

Namun, untuk urusan penampilan, pemain-pemain Atalanta sama sekali tidak kalah dengan pemain-pemain Paris Saint Germain . Tengok saja, tiga nama penyerang Atalanta, masuk dalam daftar pencetak gol terbanyak.

Dua penyerang asal Kolombia, Luis Muriel dam Duvan Zapata menjadi top skor Atalanta dengan mencetak 17 gol dan 16 gol. Lalu ada Josip Ilicic yang sudah mencetak 15 gol.

Itu belum termasuk pemain asal Jerman, Robin Gosens serta Mario Pasalic yang dini hari tadi membuat hat-trick ke gawang Brescia. Keduanya sudah membuat 9 gol.

Jadi, bilapun kurang tenar di media sosial, tetapi untuk urusan penampilan di lapangan, pemain-pemain Atalanta tidak kalah dengan pemain-pemain terkenalnya PSG.

Single Match akan menguntungkan Atalanta
Alasan lainya, perempat final Liga Champions nanti akan digelar berbeda dari sebelumnya. Perempat final akan digelar sekali (single match) di tempat netral. Yakni di Portugal.

Artinya, tidak ada lagi pertandingan home and away. Tidak ada lagi aturan agregat gol. Tim yang menang, langsung lolos ke semifinal tanpa perlu lagi berpikir harus mengamankan kemenangan di leg kedua seperti yang selama ini terjadi.

Menurut saya, sistem pertandingan bermain single match seperti ini akan menguntungkan tim yang sedang on fire seperti Atalanta. Sebab, mereka akan bisa memaksimalkan kelebihan feel pertandingan, tenaga, dan fokus untuk menang di satu pertandingan.

Sebaliknya, bagi tim yang belum panas seperti PSG, mereka akan berusaha mengejar level fisik dan fokus. Sebab, bila kalah, tidak akan ada lagi kesempatan kedua untuk bangkit.

Dengan semua kelebihan yang dimiliki itu, tidak mustahil Atalanta akan menyingkirkan PSG di perempat final dan lolos ke semifinal. Lantas, bertemu Atletico Madrid atau RB Leipzig.

Malah, Atalanta layak disebut calon juara Liga Champions musim 2019/20. Minimal, tim-tim kuat di Liga Champions harus mulai memperhatikan mereka.

Sampean boleh saja tertawa dan mengucap tidak mungkin pada kemungkinan itu (Atalanta juara). Namun, terlepas dari kemungkinan itu, bukankah semua tim yang bertanding di perempat final memang bisa disebut kandidat juara. Sebab, mereka masih punya peluang. Kecuali tim yang sudah tersingkir sudah tidak mungkin lagi juara. 

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun