Karena tuannya merasakan dampak wabah secara ekonomi, jatah makanan untuk mereka pun menjadi berkurang. Tidak lagi seperti dulu. Sebab, anggaran untuk membeli makanannya kucing ikut terpangkas karena harus dialihkan untuk kebutuhan lainnya.
Seperti awal pekan kemarin, tiba-tiba ada kucing yang tidak dikenal, masuk ke halaman rumah. Dia bergabung dengan dua kucing saya selama ini 'tinggal' di rumah saya.
Rupanya, kucing yang kata anak-anak tinggal di rumah tetangga lumayan jauh itu datang ke rumah, berbarengan dengan jadwalnya dua kucing saya 'makan malam'. Karena tidak tega, kami pun ikut mempersilahkan dia ikut makan. Maksudnya, memberi porsi makanan untuknya.
Saya kira, sekali itu saja kucing tetangga itu datang. Ternyata, esoknya kembali lagi. Ya pas di jam makan malam. Ketika dua kucingnya anak-anak makan, kucing berwarna putih hitam itu sudah duduk manis di halaman. Seolah menunggu bagian. Â
Saya tidak paham, mengapa kucing tersebut mendadak ke rumah di masa pandemi ini. Padahal, sebelumnya tidak pernah. Entah, apakah karena ketika malam dia tidak lagi dijatah makan. Sehingga memilih mencari makan ke luar rumah. Ataukah memang dia memang belum puas makan di rumahnya.
Saya lantas mengandaikan, sebelumnya, mungkin kucing-kucing tersebut bercakap-cakap. Semisal kucingnya tetangga tersebut berujar kepada kucing saya, "hei Cero, bagaimana makananmu di rumah, aman-aman saja kah?".
Cero yang bulunya berwarna orens dengan badan sedikit gembul lantas menjawab, "aman-aman saja kok bro. Memangnya kenapa?".
Lantas, kucing tetangga itu kembali berkata: "Di tempatku kalau malam sudah tidak ada makanan, aku boleh ya makan di tempatmu,". Lantas, dijawab Cero: "Monggo, hayuuk ikut".
Jadilah persekongkolan tiga kucing itu berbuah manis. Mereka bisa mendapatkan makanan, tepatnya makan bersama di malam hari. Lantas, bisa tidur malam dengan nyenyak karena perut sudah kenyang.
Â
Akibat konspirasi kucing itu, saya pun ikut terdampak. Pembelian makanannya kucing pun ikut bertambah. Bila biasanya, sebungkus makanan kucing dengan berat 500 gram, lumayan untuk seminggu, kini habis hanya dalam beberapa hari. Â
Saya yang memang ikut merasakan dampak dari wabah ini karena beberapa fee pekerjaan menulis belum cair, hanya bisa menganggap kucing-kucing itu hiburan pelipur lara. Suara mengeong mereka dan sikap manja mereka kala tiduran di kaki ketika saya menulis, itu bisa membuat situasi pelik ini terasa adem.
Tetapi memang, kasihan bila kucing-kucing itu tidak diberi makan. Apa iya, mereka yang sama sekali tidak tahu-menahu wabah corona ini, harus ikut merasakan dampaknya. Bagaimanapun, seperti kita, perut mereka juga perlu diisi. Mereka butuh makan.