Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Di Masa Sulit Pandemi, Jangan Lupakan 'Jatah Makan' Kucing

6 Juni 2020   17:02 Diperbarui: 9 Juni 2020   16:15 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya, saya sangat berhati-hati untuk menuliskan kata "semua" dalam sebuah kalimat. Harus dipikir ulang. Harus melibatkan logika. Apakah benar semuanya. Ataukah hanya sebagian besar tapi tidak semua. Saya tidak ingin keliru.

Semisal untuk konteks kalimat, semua orang senang bila dipuji. Apakah benar begitu? Belum tentu. Ada lho orang yang biasa saja bahkan menganggap pujian itu 'racun' yang melenakan.

Atau juga untuk konteks kalimat, semua pedagang senang bila mendapatkan untung besar. Apakah benar seperti itu?

Belum tentu. Di kampung saya, ada beberapa penjual sayur dan gorengan yang dalam berjualan malah senang berbagi. Meski mendapatkan untung, tapi mereka lebih senang menjaga hubungan baik dengan orang.

Apalagi bila kata semua itu dipakai untuk konteks, semua anak-anak senang belajar dari rumah di masa pandemi seperti sekarang. Tentu saja kata semua itu kurang tepat. Sebab, ada juga anak yang 'tersiksa' selama belajar di rumah.

Pendek kata, dalam menggunakan kata semua itu perlu hati-hati. Akan lebih aman bila memakai kata 'mayoritas', 'ada banyak', 'ratusan atau ribuan' dan sebagainya.

Namun, dalam konteks terdampak wabah Covid-19, penggunaan kata semua sepertinya benar adanya. Rasanya tidak perlu diperdebatkan. Bahwa, semua orang memang terdampak wabah ini.

Dari yang tua hingga anak-anak merasakan dampaknya. Orang kaya apalagi yang kurang mampu, jelas terdampak. Mereka yang tinggal di kota dan di desa, juga kena dampaknya.

Meski, dampak bagi setiap orang bisa berbeda. Ada yang terdampak secara ekonomi karena sulit mendapatkan pemasukan. Bahkan ada yang dirumahkan. Ada yang terdampak secara sosial karena tidak lagi bisa jalan-jalan atau menonton bioskop seperti dulu.

Termasuk, mereka yang mungkin tidak tahu menahu dampak wabah ini, ikut merasakan dampaknya. Semisal Lebaran kemarin, para orang tua di kampung tidak bisa bertemu langsung dengan anak-anaknya karena tidak bisa pulang kampung. Hingga dampak tidak bisa sholat di masjid dan bertemu tetangga seperti dulu.

Bahkan, tidak hanya kita, kucing-kucing yang tidak pernah tahu corona, rapid test, dan uji swab itu apa, pun ikut terdampak oleh wabah ini. Utamanya kucing rumahan yang untuk makan, selama ini hanya mengandalkan pemberian dari pemiliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun