Namun, seberapapun banyaknya bantuan yang telah dikucurkan oleh pemerintah, belum semua masyarakat terdampak pandemi ini mendapat bantuan. Utamanya mereka yang masuk kategori warga "mendadak miskin".
Namanya mendadak, mereka jatuh miskin karena adanya pandemi yang tidak pernah diduga ini. Sebab, sebelum virus Corona mewabah, kondisi perekonomian mereka baik-baik saja. Bahkan terbilang mapan. Tapi, situasi berubah setelah ekonomi seret akibat pandemi.
Sampean (Anda) pastinya masih ingat dengan pesan broadcast yang sempat viral di media sosial. Bahwa, ada warga yang memiliki gaji bulanan Rp 20 juta tapi kini dipotong separoh (10 juta).
Padahal, dia masih harus mengangsur cicilan mobil seharga Rp 5 juta serta angsuran KPR rumah senilai Rp 4,5 juta. Sehingga, gajinya hanya sisa 500 ribu untuk keluarganya. Termasuk untuk membeli susu anaknya. Karenanya, dia meminta pemerintah agar memberikan bantuan untuk keluarganya.
Saya kurang tahu apakah curhatan warga 'miskin mendadak' yang lantas viral itu memang beneran atau rekaan. Ataukah hanya cerita satire. Tapi yang jelas, terlepas itu benar atau tidak, memang ada masyarakat yang mengalami situasi seperti itu.
Mereka yang awalnya bergaji besar di atas Upah Minimum Kota (UMK) di kota/kabupaten yang mereka tinggali, mendadak merasakan situasi sulit. Penyebabnya, usaha jual beli, berdagang maupun jasa yang mereka kerjakan, kini sepi peminat. Imbasnya, pemasukan jadi minim. Bahkan tidak ada.
Tentu saja, dengan situasi sulit yang dirasakan, mereka juga membutuhkan bantuan seperti halnya masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Masalahnya, keberadaan orang-orang yang 'mendadak miskin' seperti ini tidak mudah dideteksi seperti halnya melacak warga berpenghasilan rendah yang datanya sudah ada di kantor desa.
Lha wong data penerima bantuan yang sudah ada saja, terkadang masih salah sasaran karena datanya belum di-update oleh pemerintah setempat. Apalagi warga 'mendadak miskin' yang tidak terdata.
Keberadaan warga mendadak miskin yang membutuhkan bantuan ini hanya bisa terlacak bila mereka sendiri yang menginformasikan kepada orang lain. Bila sudah begitu, orang lain akan tahu bahwa mereka membutuhkan bantuan.
Seperti tadi pagi, ketika berkunjung ke rumah pak RT untuk meminta Surat Keterangan RT/RW karena akan beraktivitas keluar rumah, saya sempat mengobrol sebentar dengan pak RT.