Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Momentum Tetap Bersyukur di Masa Sulit Pandemi

11 Mei 2020   16:37 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:41 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersyukur karena masih bisa 'merayakan' Ramadan

Nah, ini juga wajib kita syukuri. Memang, Ramadan tahun ini datang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Ibarat tamu, Ramadan datang dan kita membukakan pintu dalam situasi lara.

Kita memang tidak bisa 'merayakan' Ramadan tahun ini seperti di tahun-tahun sebelumnya. Tidak lagi bisa sholat fardhu dan tarawih berjamaah rame-rame di masjid seperti dulu. Tidak lagi bisa buka bareng maupun sahur oh the road seperti dulu. Anak-anak juga mengeluh karena tidak bisa menikmati takjil di masjid menjelang maghrib.

Justru, di Ramadan kali ini, kita "dipaksa" melakukan aktivitas di rumah. Beribadah di rumah. Bekerja dari rumah. Ramadan tanpa keriuhan seperti tahun-tahun lalu.

Toh, terpenting, kita masih bisa bertemu Ramadan. Masih bisa berpuasa. Masih bisa menikmati kegembiraan berbuka puasa bersama anak-anak dan istri di rumah. Bahkan, dengan beribadah di rumah, hadir kedekatan kita dengan mereka.

Bukankah, sebagian dari kita dulu sering mengeluh sulit berbuka puasa di rumah bersama keluarga karena disibukkan urusan pekerjaan kantor. Bukankah kita dulu berharap bisa lebih khusyu beribadah. Nah, dengan lebih banyak di rumah, kita bisa merenung dan berkontemplasi tentang situasi yang terjadi.

Bersyukur karena tidak berhutang

Ya, bersyukurlah Anda bila tidak memiliki tanggungan hutang. Baik itu berhutang pada kawan sehingga ditagih untuk segera melunasi. Ataupun hutang cicilan kendaraan ataupun rumah.

Kapan hari, saya mendapatkan cerita dari seorang kawan perihal kawannya yang terdampak wabah Covid-19. Menurut kawan tersebut, warga terdampak akibat pandemi ini bukan hanya kalangan akar rumput. Tapi juga kalangan menengah.

Kata kawan tersebut, temannya dulu membeli rumah di perumahan dengan harga lumayan mahal dan angsuran bulanan lumayan tinggi. Karena kala itu, usahanya lancar, angsuran tinggi itu tidak terlalu masalah.

Namun, kini beda cerita. Ketika bisnisnya sepi sementara cicilan bulanan harus dilunasi, dia pun merasakan kesulitan. Dia sempat mendapat opsi penangguhan pelunasan cicilan. Syaratnya, ketika wabah berakhir, cicilan dalam sekian bulan itu harus dilunasi.

Sebagai orang yang pernah merasakan berjuang membayar cicilan rumah, cerita dari kawan tersebut sungguh berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun