Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Momentum Tetap Bersyukur di Masa Sulit Pandemi

11 Mei 2020   16:37 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:41 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat kata, wabah ini berdampak luas ke hampir semua orang. Ke hampir semua profesi. Mungkin hanya mereka yang 'duit tinggal memetik' yang tidak terkendala dampaknya.  

Namun, meski dilanda kecemasan bila wabah ini berkepanjangan, masih ada alasan untuk bersyukur. Itu karena anak-anak, istri dan saya pribadi masih sehat. Itu anugerah yang patut disyukuri.

Apalagi, di awal Ramadan, saya sempat merasakan situasi sulit ketika si bungsu sempat dirawat karena dengue fever. Itu situasi yang tingkat sulitnya sungguh melebihi kecemasan karena memikirkan materi. Syukur, kondisinya segera membaik.

Karenanya, meski pandem ini membuat kita prihatin secara ekonomi, meski wabah ini mulai membuat kita 'mengencangkan ikat pinggang', tapi percayalah, bila semua keluarga sehat, itu patut disyukuri.

Jangan menganggap kesehatan itu hal biasa sehingga lantas memilih terus berkeluh kesah seolah tidak ada hal bagus yang bisa kita syukuri. Apa mau nikmat sehat itu dicabut baru kemudian bersyukur?

Punya tetangga, saudara, dan kawan yang baik

Sekali lagi, kita semua terdampak wabah virus ini. Meski setiap orang mungkin beda-beda level terdampaknya. Ada yang terdampak parah. Ada yang biasa saja.

Namun, meski sama-sama terdampak, ternyata tidak semua orang lantas doyan berkeluh kesah. Ternyata masih ada banyak orang yang seolah tidak merasakan dampak wabah ini. Mereka tetap bersikap gembira, senang guyon, dan senang berbagi. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Semisal adanya tetangga yang baik hati mengirimkan masakan ataupun kue untuk berbuka puasa. Saudara yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Hingga kawan-kawan di grup WA yang bisa membuat kita gembira sehingga sejenak bisa melupakan pandemi ini.

Bagi saya, memiliki tetangga, saudara, dan kawan seperti itu harus disyukuri. Sebab, mengenal orang-orang seperti itu bisa meningkatkan sistem imun alias kekebalan tubuh yang diyakini bisa mencegah serangan coronavirus disease (Covid-19).

Pasalnya, kita tertular gembira dan sikap peduli mereka. Minimal, dengan aura gembira mereka, kita memiliki rasa optimis untuk menghadapi wabah ini. Dekat dengan orang-orang seperti itu harus disyukuri.

Bayangkan bila sampean (Anda) dikelilingi oleh orang-orang yang kerjaannya mengeluh lalu apa yang dibicarakan selalu pesimis, itu malah membuat kita bisa tertular stress. Kita yang awalnya santai dengan situasi ini, berubah jadi ikut pesimis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun