Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Kalap Belanja Makanan, dan Penjual yang Terdampak Wabah Corona

2 Mei 2020   23:49 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:31 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan kalap, beli dagangannya untuk menyenangkan mereka

Ya, dengan membeli makanan sebanyak itu dalam waktu bersamaan, memang akan dikira kalap. Berlebihan.  

Namun, bila mengetahui bagaimana perjuangan ibu-ibu itu untuk berjualan takjil dan berharap pemasukan setiap sore yang tentu saja tidak selalu ramai, saya tidak menganggap itu sebagai kalap belanja.

Toh, meskipun belanja lumayan banyak, tapi itu jelas masih bisa dimakan. Kalaupun tidak habis ketika berbuka puasa, lauknya masih bisa dimakan untuk sahut.

Justru, saya acapkali mengajari anak-anak dan keponakan untuk tidak berat hati menyisihkan duit kecil kepada orang-orang seperti itu.

Semisal ketika melihat seorang nenek dan kakek yang berjualan mainan dan makanan, yang harganya dua ribu atau lima ribuan, maka beli dagangan mereka kalaupun kita mungkin tidak terlalu butuh.

Belilah dagangan mereka. Sebab, mereka berjualan tidak untuk menjadi kaya dan mencari uang untuk bersenang-senang. Mereka itu bersusah payah berjualan demi mendapatkan untung yang sedikit. Sekadar untuk menyambung hidup saja.  

Nah, kembali ke urusan membeli takjil yang seolah kalap itu, ketika membeli dagangan mereka, meski memang akadnya jual beli karena memang kita membeli dengan menyerahkan uang dan mendapatkan barang, tetapi itu menyenangkan mereka.

Toh, mereka bukan 'pemain besar' yang punya banyak pelanggan. Mereka hanya berjualan di depan rumah atau mungkin kontrakan dengan memanfaatkan momentum sore Ramadan. Jualan mereka pun tidak terlalu banyak.

Siapa tahu, di rumah mereka, ada anak-anak yang mendoakan dagangan ibunya laris agar bisa makan sahur. Siapa tahu, ketika dagangan mereka laris, mereka jadi punya semangat untuk terus bertahan melawan wabah Covid-19 yang memang berdampak luar biasa bagi hampir semua orang, terlebih kalangan menengah ke bawah. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun